Senin, 30 Mei 2011

REVENUE

Revenue adalah pendapatan,penghasilan,penerimaan,peningkatan dan aktiva organisasi atau penurunan dalam kewajiban selama 1 periode akutansi.
Revenue sebagai salah satu elemen penentuan laba rugi suatu perusahaan belum mempunyai pengertian yang seragam. Hal ini disebabkan revenue biasanya dibahas dalam hubungannya dengan pengukuran dan waktu pengakuan pendapatan itu sendiri.
Secara garis besar konsep pendapatan dapat ditinjau dua segi, yaitu :

1. Revenue menurut ilmu ekonomi

Revenue menurut ilmu ekonomi merupakan nilai maksimum yang dapat dikonsumsi oleh seseorang dalam suatu periode dengan mengharapkan keadaan yang sama pada akhir periode seperti keadaan semula. Pengertian tersebut menitikberatkan pada total kuantitatif pengeluaran terhadap konsumsi selama satu periode. Dengan kata lain, pendapatan adalah jumlah harta kekayaan awal periode ditambah keseluruhan hasil yang diperoleh selama satu periode, bukan hanya yang dikonsumsi.
Definisi Revenue menurut ilmu ekonomi menutup kemungkinan perubahan lebih dari total harta kekayaan badan usaha pada awal periode, dan menekankan pada jumlah nilai statis pada akhir periode. Secara garis besar pendapatan adalah jumlah harta kekayaan awal periode ditambah perubahan penilaian yang bukan diakibatkan perubahan modal dan hutang.

2. Revenue menurut ilmu akuntansi

Banyak konsep revenue didefinisikan dari berbagai literatur akuntansi dan teori akuntansi. Namun pada dasarnya konsep revenue dapat ditelusuri dari dua sudut pandang, yaitu :
a) Pandangan yang menekankan pada pertumbuhan atau peningkatan jumlah aktiva yang timbul sebagai hasil dari kegiatan operasional perusahaan.
b) Pandangan yang menekankan kepada penciptaan barang dan jasa oleh perusahaan serta penyerahan barang dan jasa atau outflow.

Menurut Sprouse dan Moonitz menyatakan : “Revenue harus diidentifikasikan dengan periode dimana kegiatan ekonomi yang utama untuk menciptakan dan melemparkan barang dan jasa telah dicapai, dengan catatan bahwa pengukuran objektiv dapat dilakukan”.
Dilihat dari segala kegiatan dan peristiwa yang mendukung terjadinya revenue, maka secara teoritis timing daripada revenue, yaitu revenue dapat diakui pada berbagai saat seperti:

1. Selama berlangsungnya produksi : ini terlihat pada kontrak-kontrak pembangunan yg bersifat jangka panjang, pada proses peningkatan nilai secara alamiah (accreation), dan accruals.
2. Sesudah produksi selesai : ini misalnya dapat dijumpai dalam produksi logam mulia dan komoditi-komoditi pertanian tertentu.
3. Pada saat penjualan: ini adalah timing dari pada revenue untuk kebanyakan barang yang dijual.
4. Pada saat diterimanya uang tunai : timing ini misalnya terjadi pada penjualan dengan cicilan.
Konsep revenue menurut Patton and Littleton
Patton and Littleon menyebutkan bahwa revenue sebagai product of the enterprise atau dapat diartikan sebagai “penciptaan barang atau jasa oleh perusahaan dalam suatu periode tertentu”. Dalam definisi ini tidak menekankan pada besarnya revenue timing maupun pengukurannya. Jadi definisi revenue sebagai product of enterprise sebagaimana tersebut diatas adalah konsep yang paling lemah, sedangkan konsep revenue bila kita cermati ternyata concept inflow lebih unggul daripada outflow concept, dan outflow concept lebih unggul daripada product of enterprise concept, karena konsep inflow ini memperhatikan tentang kedua prinsip yaitu mengenai prinsip timing dan pengukuran.
Hakikatnya revenue merupakan penerimaan dalam bentuk uang atau barang dan jasa, sebagaimana konsep diatas yang disebut sebagai konsep inflow & outflow dan product of enterprise concept.Misalnya saja pada suatu saat perusahaan menerima uang/barang yang jumlahnya tidak terlalu besar dari seseorang yang tidak diketahui, atas penerimaan tersebut perusahaan dapat membukukan debet kas (aktiva) dengan perkiraan lawan (kredit) pendapatan (revenue), namun ada juga yang berpendapat bahwa penerimaan tersebut harus dibukukan sebagai modal, hal ini pun sebetulnya dapat dibenarkan, tetapi perlu diingatkan bahwa, kalau itu perusahaan perseorangan pendapatan pada akhirnya juga akan menjadi unsur penambah modal jadi kedua-duanya dapat dibenarkan.
Kriteria pengakuan pendapatan
Pengakuan sebagai pencatatan suatu item dalam perkiraan-perkiraan dan laporan keuangan seperti aktiva, kewajiban, pendapatan, beban, keuntungan dan kerugian. Pengakuan itu termasuk penggambaran suatu item baikd alam kata-kata maupun dalam jumlahnya, dimana jumlah mencakup angka-angka ringkas yang dilaporkan dalam laporan keuangan.
Empat kriteria mendasar yang harus dipenuhi sebelum suatu item dapat diakui adalah :

1. Definsi item dalam pertanyaan harus memenuhi definisi salah satu dari tujuh unsur laporan keuangan yaitu aktiva, kewajiban, ekuitas, pendapatan, beban, keuntungan dan kerugian.
2. Item tersebut harus memiliki atribut relevan yang dapat diukur secara andal, yaitu karakteristik, sifat atau aspek yang dapat dikuantifikasi dan diukur.
3. Relevansi informasi mengenai item tersebut mampu membuat suatu perbedaan dalam pengambilan keputusan.
4. Reliabilitas informasi mengenai item tersebut dapat digambarkan secara wajar dapat diuji, dan netral.
Empat kriteria pengakuan di atas, diterapkan pada semua item yang akan diakui pada laporan keuangan. Namun SFAC No.5 menyatakan persyaratan yang lebih mengikat dalam hal pengakuan komponen laba dan pada pengakuan perubahan lainnya dalam aktiva atau kewajiban.
Sebagai tambahan pada empat kriteria pengakuan secara umum yang telah dijelaskan sebelumnya, pendapatan dan keuntungan umumnya diakui apabila :
1. Pendapatan dan keuntungan tersebut telah direalisasikan.
2. Pendapatan dan keuntungan tersebut telah dihasilkan karena sebagian besar dari proses untuk menghasilkan laba telah selesai.






Pendapatan tidak diakui apabila perusahaan tersebut menahan resiko dari kepemilikan, antara lain :

• Bila perusahaan menahan kewajiban sehubungan dengan pelaksanaan suatu hal yang tidak memuaskan yang tidak dijamin sebagaimana lazimnya;
• Bila penerimaan pendapatan dari suatu penjualan tertentu tergantung pada pendapatan pembeli yang bersumber dari penjualan barang yang bersangkutan;
• Bila pengiriman barang tergantung pada instalasinya, dan instalasi tersebut merupakan bagian signifikan dari kontrak yang belum diselesaikan oleh perusahaan; dan
• Bila pembeli berhak untuk membatalkan pembelian berdasarkan alasan yang ditentukan dalam kontrak dan perusahaan tidak dapat memastikan apakah akan terjadi return.

Menurut Standar Akuntansi Keuangan, penjualan jasa dapat diakui dengan metode persentase penyelesaian, bila memenuhi seluruh kondisi berikut :

• Jumlah pendapatan dapat diukur dengan handal;
• Besar kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut akan diperoleh perusahaan;
• Tingkat penyelesaian dari suatu transaksi pada tanggal neraca dapat diukur dengan andal; dan
• Biaya yang terjadi untuk transaksi tersebut dan biaya tidak menyelesaikan transaksi tersebut dapat diukur dengan andal.








DAFTAR PUSTAKA

Alfred dan Douglas, Teori Ekonomi, Edisi Kesatu. Penerbit Ghalia Indonesia, 1979.

0 komentar:

Posting Komentar