Senin, 16 April 2012

RESTRUKTURISASI, REORGANISASI, DAN LIKUIDASI

Perusahaan mungkin berkembang menjadi korporasi, yaitu perusahaan yang mempunyai banyak unti kegiatan. Unit-unit kegiatan tersebut mungkin merupakan suatu divisi yang relative independen, tetapi mungkin juga merupakan suatu bagian yang hanya sebagai pelaksana keputusan-keputusan. Apaun tingkat kebebasan dari unit-unit tersebut, perusahaan mungkin suatu ketika menghadapi kesulitan dalam mengendalikan unit-unit tersebut. Kesulitan mungkin timbul karena berkaitan dengan jenis usaha yang sangat beraneka ragam, dapat juga karena masalah trade-off antara kecepatan pengambilan keputusan pengendalian. Masalah-masalah ini mungkin menyebabkan korporasi melakukan restrukturisasi.

31.1. Restrukturisasi
Restrukturisasi merupakan kegiatan untuk merubah struktur perusahaan. Dengan demikian, pengertian restrukturisasi sebenarnya dapat dalam artian makin membesar atau makin ramping. Apabila diartikan dalam pengertian yang pertama, maka kegiatan merger dan akuisisi juga merupakan upaya untuk melakukan restrukturisasi. Perusahaan yang melakukan integrasi vertical, jelas melakukan restrukturisasi bisnisnya. Dengan cara tersebut perusahaan dapat mengamankan sumber bahan baku, dan/atau distribusi hasil produksinya.

Sell-off. Korporasi yang mempunyai unit kegiatan yang sangat beraneka ragam, mungkin suatu ketika merasa bahwa diantara unit-unit tersebut ada yang tidak bekerja secara ekonomis. Penyebabnya dapat beraneka ragam. Salah satunya adalah barangkali tingkat kegiatannya terlalu rendah sehingga sulit untuk mencapai economies of scale. Penyebab lainnya mungkin karena bukan berada pada bisnis utama, korporasi kemudian kurang memperhatikan unit tersebut.

Going Private. Beberapa perusahaan berpendapat bahwa go public dinilai membebani perusahaan dan direksi. Mereka berpendapat bahwa biaya untuk listing di suatu bursa dirasa terlalu berat. Keharusan memenuhi berbagai ketentuan dan peraturan badan pengawas pasar  modal dirasa merepotkan dan memberatkan. Direksi kemudian cenderung sangat memperhatikan kinerja keuangan triwulan depan, semester depan, atau paling tahun depan, agar harga saham tidak turun. Dengan demikian perhatian akan laba jangka panjang terabaikan.

Leverage buy-out. Untuk membeli kembali saham-saham yang semula dimiliki oleh para anggota masyarakat, para direksi yang memutuskan akan go private mungkin terpaksa menggunakan bantuan dana pihak ketiga. Apabila cara ini ditempuh, maka dilakukan apa yang disebut dengan leverage buy-out. Ini berarti bahwa saham-saham tersebut dibeli dengan uang pinjaman. Pinjaman tersebut dijamin oleh aktiva dan arus kas perusahaan, sehingga setelah leverage buy-out, perusahaan akan mempunyai hutang yang sangat besar.

31.2. Reorganisasi
Dalam situasi ekonomi dan bisnis yang tidak menggembirakan, perusahaan sering terpaksa harus bertahan dengan apa yang telah ada, atau “memperkecil diri”, agar tidak mengalami kesulitan makin parah. Reorganisasi dalam aspek financial dilakukan untuk memperkecil beban financial yang tetap sifatnya. Dengan demikian asumsinya adalah bahwa perusahaan masih mempunyai kemampuan operasional yang baik. Ini berarti bahwa kegiatan operasi masih mampu menutup biaya-biaya operasi.

31.3. Likuidasi
Likuidasi ditempuh apabila para kreditur berpendapat bahwa prospek perusahaan tidak lagi menguntungkan. Kalaupun ditambah modal, atau merubah kredit menjadi penyertaan, tidak terlihat membaiknya kondisi perusahaan. Dalam keadaan seperti ini para kreditur mungkin lebih menyukai untuk meminta perusahaan dilikuidir.

Kadang-kadang sebelum para kreditur memutuskan untuk meminta perusahaan dilikuidasi, mereka bersedia melakukan penyelesaian sukarela. Dalam hal ini mereka mungkin sepakat untuk menunda tagihan mereka, baik atas bunga maupun pokok pinjaman. Cara ini hanya akan ditempuh kalau para kreditur berpendapat bahwa perusahaan memang masih akan mampu memenuhi kewajiban financial di masa yang akan datang.

Umumnya kesulitan keuangan perusahaan tidaklah datang dalam waktu tiba-tiba, melainkan merupakan cerminan dari serangkaian keputusan yang tidak benar. Kondisi perusahaan yang memburuk Nampak dari perkembangan indicator keuangan dari waktu ke waktu.

Minggu, 15 April 2012

MERGER DAN AKUISISI



Barangkali kegiatan yang memperoleh perhatian besar dari masyarakat adalah pada waktu suatu perusahaan mengambil alih (melakukan akuisisi) perusahaan lain, atau penggabungan (merger atau consolidation) dari dua perusahaan. Perluasan usaha memang dapat dilakukan dengan ekspansi intern (yaitu menambah kapasitas pabrik, menambah unit produksi, menambah divisi baru, dan sebagainya), tetapi juga dapat dilakukan dengan menggabungkan dengan usaha yang telah ada atau membeli perusahaan yang telah ada (akuisisi). Beberapa perusahaan memilih untuk mengakuisisi perusahaan lain dalam mendukung usaha pengembangan mereka.

Akuisisi suatu perusahaan oleh perusahaan yang lain, pada dasarnya merupakan suatu keputusan investasi yang mengandung unsur ketidak-pastian. Karena itu, konsep keuangan tentang keputusan investasi berlaku pula. Diterapkan dalam konteks akuisisi, maka suatu akuisisi dapat dibenarkan secara ekonomi apabila akuisisi tersebut diharapkan akan memberikan NPV yang positip bagi pemegang saham perusahaan yang mengakuisisi. Hanya saja, untuk kasus akuisisi beberapa karakteristik berikut akan membuat keputusan akuisisi mempunyai kekhususan.

30.1. Tiga bentuk dasar akuisisi
Ada tiga prosedur dasar yang dapat dilakukan perusahaan untuk mengambil alih perusahaan lain. Tiga cara tersebut adalah: (1) merger atau konsolidasi, (2) akuisisi saham, dan (3) akuisisi assets.

Merger atau konsolidasi
Istilah merger sering digunakan untuk menunjukkan penggabungan dua perusahaan atau lebih, dan kemudian tinggal nama salah satu perusahaan yang bergabung. Sedangkan consolidation menunjukkan penggabungan dari dua perusahaan atau lebih, dan nama dari perusahaan-perusahaan yang bergabung tersebut hilang, kemudian muncul nama baru dari perusahaan gabungan.

Misalkan PT. A mengambil alih PT. B dalam suatu merger. Pemegang saham PT. B setuju bahwa setiap lembar saham mereka diganti dengan dua lembar saham PT. A. Dengan demikian, setelah merger saham PT. B hilang, dan yang ada hanya saham PT. A. Dalam kasus consolidation, saham PT. A dan B diganti dengan saham PT dengan nama lain (missal PT. C). Karena perbedaan tersebut tidaklah penting untuk maksud-maksud analisis, kita nantinya akan menggunakan istilah merger bagi kedua bentuk penggabungan usaha tersebut.

Akuisisi saham
Cara kedua untuk mengambil alih perusahaan lain adalah membeli saham perusahaan tersebut, baik dibeli secara tunai, ataupun menggantinya dengan sekuritas lain (saham atau obligasi). Kadang-kadang penawaran langsung dilakukan terhadap pemegang saham perusahaan yang akan diambil alih. Apabila perusahaan yang akan diambil alih (missal PT. B) merupakan perusahaan yang telah terdaftar di bursa efek, maka sesuai dengan keputusan BAPEPAM pada tahun 1995, upaya penguasaan terhadap 20% atau lebih saham perusahaan tersebut harus dilakukan dengan tender offer. Dengan cara ini, perusahaan yang akan mengambil alih (missal PT. A) harus mengumumkan di media masa (memasang iklan), menjelaskan bahwa PT. A bermaksud membeli saham PT. B dengan harga tertentu (yang lebih tinggi dari harga pasar), sejumlah lembar saham tertentu. Apabila jumlah lembar saham yang ditawarkan oleh para pemegang saham PT. B melebihi jumlah yang akan dibeli oleh PT. A, maka penjatahan akan dilakukan.

Akuisisi assets
Suatu perusahaan dapat mengakuisisi perusahaan lain dengan jalan membeli aktiva perusahaan tersebut. Cara ini akan menghindarkan perusahaan dari kemungkinan memiliki pemegang saham minoritas, yang dapat terjadi pada peristiwa akuisisi saham. Akuisisi assets dilakukan dengan cara pemindahan hak kepemilikan aktiva-aktiva yang dibeli. Meskipun demikian proses hukum pemindahan aktiva-aktiva tersebut dapat menjadi sangat mahal.

Pengelompokan akuisisi berdasarkan keterkaitan operasi
Para analis keuangan sering mengelompokkan akuisisi ke dalam salah satu dari tiga bentuk berikut ini.

1)    Akuisisi horizontal. Akuisisi ini dilakukan terhadap perusahaan yang mempunyai bisnis atau bidang usaha yang sama. Perusahaan yang mengakuisisi dan yang diakuisisi bersaing untuk memasarkan produk yang mereka tawarkan.
2)    Akuisisi vertical. Akuisisi ini dilakukan terhadap perusahaan yang berada pada tahap proses produksi yang berbeda. Sebagai missal, perusahaan rokok mengakuisisi perusahaan perkebunan tembakau, perusahaan garment  mengakuisisi perusahaan tekstil, dan sebagainya.
3)   Akuisisi konglomerat. Perusahaan yang mengakuisisi dan yang diakuisisi tidak mempunyai keterkaitan operasi. Akuisisi perusahaan yang menghasilkan food-products oleh perusahaan komputer, dapat dikatakan sebagai akuisisi konglomerat.

Akuisisi atau Takeover?
Dua istilah ini sering dipergunakan untuk maksud yang sama, yaitu pengambil-alihan suatu perusahaan oleh pihak lain. Meskipun demikian, sebenarnya akuisisi hanyalah merupakan salah satu cara untuk melakukan takeover. Takeover merupakan istilah umum yang dipergunakan untuk menjelaskan pengambilalihan kendali suatu perusahaan dari sekelompok pemegang saham ke kelompok yang lain.

30.2. Aspek pajak dalam peristiwa akuisisi

Apabila suatu perusahaan mengakuisisi perusahaan lain, transaksi tersebut mungkin terkena pajak mungkin pula tidak. Dalam peristiwa taxable acquisition, pemegang saham dari perusahaan yang diakuisisi diperlakukan sebagai menjual saham yang mereka miliki, dan karenanya akan memperoleh capital gains (yang akan dikenakan pajak) atau loss. Dalam peristiwa akuisisi yang taxable, perusahaan yang mengakuisisi mungkin melakukan revaluasi atas aktiva tetap dari perusahaan yang diakuisisi.

Dalam peristiwa akuisisi yang tax-free, pemegang saham dari perusahaan yang diakuisisi dipandang hanya melakukan pertukaran saham dengan nilai yang sama, sehingga tidak memperoleh capital gains atau loss. Dalam transaksi yang tax-free, aktiva dari perusahaan yang diakuisisi tidak revaluasi.

30.3. Akuntansi untuk akuisisi
Setelah kita memahami bagaimana dampak akuisisi bagi pembayaran pajak, sekarang kita bicarakan bagaimana mencatat peristiwa akuisisi dalam akuntansi. Ada dua perlakuan akuisisi, yaitu dicatat sebagai “pembelian” (purchase) atau sebagai “penggabungan kepentingan” (pooling of interest).

Dicatat sebagai pembelian
Metode ini mencatat kekayaan perusahaan yang diakuisisi pada harga pasar yang wajar (fair market value) pada buku yang melakukan akuisisi. Dengan demikian maka perusahaan yang melakukan akuisisi dapat menentukan harga perolehan yang baru (new cost basis) untuk aktiva-aktiva yang diakuisisi.

Pada metode ini, istilah akuntansu “goodwill” diciptakan. Goodwill merupakan selisih antara harga yang dibayar dengan nilai pasar dengan nilai pasar yang wajar dari aktiva yang diakuisisi.

Dicatat sebagai pooling of interest
Dengan cara pooling of interest, aktiva-aktiva perusahaan baru dinilai sama dengan nilai buku dari perusahaan yang mengakuisisi dan diakuisisi.  

30.4. Motif merger dan akuisisi
Mengapa perusahaan bergabung dengan perusahaan lain, atau membeli perusahaan lain (akuisisi)? Alasan yang sering dikemukakan adalah karena dengan akuisisi perusahaan mampu mencapai pertumbuhan lebih cepat dari pada harus membangun unit usaha sendiri. Meskipun alasan tersebut benar, faktor yang paling mendasari sebenarnya adalah motif ekonomi. Dengan kata lain, kalau kita akan membeli perusahaan lain, maka pembelian tersebut hanya dapat dibenarkan apabila pembelian tersebut menguntungkan kita.

Diperoleh synergy sebagai akibat merger dan akuisisi
Kondisi saling menguntungkan tersebut akan terjadi kalau dari peristiwa akuisisi atau merger tersebut diperoleh synergy. Synergy berarti bahwa nilai gabungan dari kedua perusahaan tersebut lebih besar dari penjumlahan masing-masing nilai perusahaan yang digabungkan. Dalam bahasa yang lebih mudah, synergy adalah situasi pada saat 2 + 2 = 5.

Peningkatan pendapatan
Pendapatan dapat meningkat karena kegiatan pemasaran yang lebih baik, strategic benefits, dan peningkatan daya saing. Pemasaran yang lebih baik dapat terjadi karena pemilihan bentuk dan media promosi yang lebih tepat, memperbaiki system distribusi, dan menyeimbangkan komposisi produk.

Penurunan biaya
Penurunan biaya mungkin dapat terjadi sebagai akibat dari peningkatan unit yang dihasilkan, sehingga menekan biaya rata-rata (economies of scale). Integrasi vertical juga memungkinkan perusahaan menekan biaya, seperti dengan memperoleh biaya bahan baku yang lebih murah, atau menghemat biaya distribusi. Menghilangkan menejemen yang kurang efisien dan penggunaan sumberdaya yang komplementer, juga merupakan sumber-sumber untuk mengurangi biaya.

Penghematan pajak
Manfaat dalam bentuk penghematan pajak dapat diilustrasikan berikut ini. Suatu perusahaan telah menderita rugi sebesar Rp. 10 Milyar. Oleh pemiliknya kemudian perusahaannya dijual dan diperlakukan sebagai penjualan aktiva. Dari penjualan tersebut pemilik mengakui memperoleh capital gains sebesar Rp. 10 milyar, karena aktiva tetap dijual dengan harga Rp. 10 Milyar di atas nilai bukunya. Tetapi perusahaan telah menderita rugi Rp. 10 Milyar, maka gains 10 Milyar tersebut akan tertutup oleh kerugian yang ditanggung sehingga pemilik perusahaan tidak perlu membayar pajak.

Penurunan biaya modal
Penurunan biaya modal dapat terjadi karena biaya emisi mempunyai komponen yang bersifat tetap. Dengan demikian, apabila gabungan perusahaan akan menerbitkan sekuritas, biaya emisinya akan lebih murah sehingga dapat menekan biaya modal perusahaan.

Alasan yang meragukan (dubious)
Disamping alasan-alasan yang diharapkan dapat menimbulkan synergy, kadang-kadang akuisisi dilakukan dengan alasan yang meragukan (dubious). Dua alasan dubious yang sering disebut adalah diversifikasi dan jumlah earnings per share (EPS). Dari konsep CAPM kita mengetahui bahwa diversifikasi tidaklah menimbulkan manfaat, karena pasar akan menentukan nilai perusahaan berdasarkan atas risiko yang tidak bisa dihilangkan dengan diversifikasi. Sedangkan untuk alasan EPS saat ini. Alasan EPS yang dubious terjadi karena analisis dilakukan atas dasar pertimbangan jumlah EPS saat ini.

Minggu, 04 Maret 2012

LIKUIDITAS, STRUKTUR HUTANG DAN NILAI PERUSAHAAN




Berdasarkan tradisi telah dilakukan pemisahan antara aktiva lancar (dan pendanaan jangka pendek) dan aktiva tetap (dan pendanaan jangka panjang). Aktiva Lancar, menurut definisi akuntansi adalah aktiva yang bisa diubah menjadi kas dalam jangka waktu, normalnya satu tahun atau  kurang. Aktiva tetap (aktiva yang “berubah” menjadi kas dalam jangka waktu lebih dari satu tahun), biasanya dimasukkan dalam pembicaraan tentang penganggaran modal (capital budgeting), sedangkan pengaturan tentang pendanaan jangka panjang menyangkut pertimbangan struktur modal.
Pemisahan tersebut tidak menguntungkan, karena cenderung mengaburkan pengaruh berbagai keputusan keuangan terhadap penilaian perusahaan secara keseluruhan. Manajer keuangan umumnya menghabiskan  waktunya untuk mengelola aktiva dan  hutang lancar. Suatu konsentrasi yang berulang-ulang yang seringkali, sebagai akibatnya menghasilkan pendekatan jangka pendek.

Likuiditas dan peranannya
Istilah likuid menunjukkan jumlah uang yang dimiliki dan aktiva yang dirubah menjadi uang. Sering dikatakan bahwa setiap aktiva mempunyai tingkat likuiditas yang berbeda. Kas sendiri per definisi merupakan aktiva yang paling likuid karena sudah berbentuk kas. Untuk aktiva-aktiva lain, likuiditas mempunyai dua dimensi, yaitu (1) waktu yang diperlukan untuk berubah menjadi kas, dan (2) tingkat kepastian yang menyangkut dengan rasio perubahan, atau harga aktiva tersebut.

Likuiditas pada kondisi pasar modal sempurna
Telah kita bicarakan bahwa pada kondisi pasar modal sempurna suatu perusahaan tidak akan dapat merubah nilainya dengan hanya merubah struktur modalnya, merubah kebijakan dividennya, ataupun melakukan diversifikasi investasi. Meskipun pada waktu pembicaraan tentang teori struktur modal pengertian tentang pasar modal yang sempurna telah dijelaskan, berikut diuraikan secara rinci asumsi-asumsi pasar modal yang sempurna. Asumsi-asumsi tersebut adalah:
1.      Costless capital markets. Artinya tidak terdapat biaya transaksi di pasar modal, pemerintah tidak memberlakukan berbagai batasan di pasar modal, dan assets bisa dibagi-bagi secara tidak terbatas sebagai akibat tidak adanya biaya transaksi.
2.      Neutral personal taxes. Hal ini berarti bahwa tidak terdapat personal taxes, atau tarif personal taxes tersebut sama untuk semua sumber penghasilan.
3.      Competitive markets. Pasar sangat bersaing, terdapat sangat banyak pelaku pasar, dan sangat banyak instrument keuangan, sehingga semua pemodal bersikap sebagai price taker.
4.      Equal access. Para pemodal dan perusahaan dapat meminjamkan dan menerbitkan claims dengan persyaratan yang sama.
5.      Homogeneous expectations. Semua pihak mempunyai pengharapan yang sama.
6.      No information costs
7.   No financial distress costs. Hal ini berarti bahwa kalau perusahaan bangkrut, semua aktiva dapat dijual sesuai dengan nilai ekonomi aktiva tersebut.
8.      Salability of tax losses. Semua pemodal dan perusahaan dapat “menjual” kerugian untuk kepentingan perhitungan pajak pada waktu-waktu yang akan datang.

Manajemen likuiditas dengan adanya ketidak-sempurnaan pasar
Pada waktu kita membicarakan tentang teori struktur modal, maka apabila dipertimbangkan adanya factor ketidak-sempurnaan pasar, maka keharusan untuk memenuhi kewajiban financial yang memaksa perusahaan menjual aktiva yang dimiliki, memungkinkan perusahaan menanggung biaya kebangkrutan. Biaya ini dapat berasal dari distress price, kehilangan produktivitas Karena perusahaan dinyatakan bangkrut, maupun biaya yang sifatnya out-of-pocket, seperti biaya para lawyers, panitia kebangkrutan, dan sebagainya.
Mengupayakan agar kebangkrutan menjadi makin kecil untuk saat ini dan di masa yang akan datang, akan memberikan manfaat bagi pemegang saham yang pada akhirnya menanggung resiko ini.

Piutang dan persediaan
Investasi pada piutang dan persediaan dapat dan seharusnya dinilai dengan menggunakan perspektif yang sama dengan investasi pada aktiva tetap, yang telah dibicarakan pada bagian III, sewaktu kita membicarakan investasi pada aktiva tetap, sangat mungkin bahwa investasi tersebut juga mempunyai komponen piutang dan persediaan. 

Analisis dalam lingkup pasar
Apabila pendekatan pasar dipergunakan untuk menilai investasi yang beresiko, suatu paket investasi (yaitu investasi yang memerlukan investasi pada aktiva tetap, penambahan piutang dan persediaan) dapat dinilai dengan menggunakan model-model penilaian, seperti CAPM atau APT.

Pengaruh ketidak-sempurnaan
Pertanyaan utama dalam situasi pasar modal yang tidak sempurna adalah, apakah pemodal berkepentingan dengan risiko total ataukah hanya risiko sistematis? CAPM atau APT berpendapat bahwa hanya risiko sistematislah yang relevan (yang diukur dengan β), karena risiko tidak sistematis akan hilang (paling tidak berkurang) dengan diversifikasi.
Van Horne (1995) berargumentasi bahwa apabila kita menggunakan pendekatan CAPM atau APT untuk investasi pada aktiva tetap, maka pendekatan tersebut tentunya juga dapat dipergunakan untuk menilai investasi pada persediaan (dan juga piutang). Hal tersebut disebabkan karena investasi pada aktiva tetap mungkin mempunyai ketidak-sempurnaan pasar yang lebih besar dari pada investasi pada persediaan atau piutang.


Struktur hutang 
Struktur hutang menjelaskan komposisi jangka waktu hutang yang dipergunakan oleh perusahaan. Dengan kata lain, bagaimana komposisi hutang jangka pendek dan hutang jangka panjang yang dipergunakan perusahaan. Diantara kelompok hutang jangka pendek ini, terdapat kelompok hutang yang merupakan variable keputusan pasif.
Disamping sumber dana yang bersifat spontan (variable keputusan pasif), komponen hutang lancar lain juga ada yang bersifat keputusan aktif. Seperti misalnya hutang bank. Perusahaan harus menentukan berapa banyak hutang akan ditarik, berapa lama jangka waktu hutang tersebut, bagaimana dengan masalah agunan kredit tersebut, dan sebagainya. Dengan kata lain, perusahaan harus secara aktif mencari dan mendapatkan sumber dana tersebut.
Dalam situasi pasar modal sempurna, maka penggunaan hutang jangka pendek atau hutang jangka panjang akan membawa dampak yang sama bagi nilai perusahaan. Dengan kata lain, pemilihan jangka waktu hutang menjadi tidak relevan dalam situasi pasar modal yang sempurna, karena semua kewajiban keuangan perusahaan akan mempunyai biaya yang sama dengan menggunakan dasar ekuivalen kepastian. 
Apabila pasar modal ternyata tidak sempurna, maka kewajiban financial yang berbeda mungkin mempunyai biaya ekuivalen yang berbeda. Semakin pendek jangka waktu kewajiban financial, semakin besar kemungkinan harus memperpanjang, semakin besar biaya perpanjangan yang harus dikeluarkan, dan kemungkinan mengalami kesulitan keuangan (dan menanggung biaya kebangkrutan)

Implikasi terhadap modal kerja
Seringkali modal kerja diartikan sebagai selisih antara aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Apabila pengertian ini yang dipergunakan , maka sebenarnya jumlah modal kerja yang dimiliki perusahaan akan tergantung pada kebijakan yang menyangkut aktiva lancar dan pendanaan spontan. Ilustrasi berikut ini mungkin dapat memperjelas pernyataan tersebut.  Apabila perusahaan menentukan kebijakan penjualan kredit dengan jangka waktu 3 bulan, maka dapat diharapkan bahwa besarnya saldo rata-rata piutang akan sebesar 3/12 kali penjualan dalam satu tahun. Jadi apabila penjualan dalam satu tahun diharapkan sebesar Rp. 120 juta, maka rata-rata piutangnya akan menjadi sebesar Rp. 30 juta. Dengan demikian apabila penjualan diharapkan akan naik menjadi Rp. 150 juta, maka rata-rata piutang akan diharapkan menjadi Rp. 37,5 juta. Besar kecilnya saldo piutang ini akan tergantung pada kebijakan penjualan kreditnya.
Hal yang sama berlaku untuk persediaan. Apabila perusahaan menentukan kebijakan persediaan bahan mentah adalah sebesar 20 hari kebutuhan produksi, maka rata-rata persediaan akan meningkat apabila rencana produksi meningkat. Sekali lagi besarnya komponen aktiva lancar ini akan dipengaruhi oleh keputusan pada bidang yang lain.
Akhirnya, besar kecilnya saldo aktiva likuid akan dipengaruhi oleh kemungkinan perusahaan tidak mampu memenuhi kewajiban finansialnya, berapa costs sebagai akibat default tersebut, dan berapa opportunity costs untuk memiliki aktiva likuid yang lebih besar.