Sabtu, 12 Maret 2011

Artikel Berbahasa Inggris

People sometimes need a hotel if they travel far from homes. They sometimes need a hotel when they arrive in cities late at night and they do not have any relatives there. Hotel are places that provide lodging and usually meals and various personal services for the public. A good hotel provides many comfort and conveniences. Travel is usually safe and pleasant.
    Like in Perth, Australia. Perth is one of cities in Australia. Perth is a beautiful city, dream  city, and others. Perth is one of mode city for  famous models. Many models come to Perth for work, holiday, and the others. So, not astonish if Perth has many hotels. Beside that, their hotel has a difference something.
    In Perth city has 5 unique hotels. They are NUSANTARA HOTEL, QUEENSLAND HOTEL, MARMARIA HOTEL, ANTARTIKA HOTEL, and ROMA HOTEL.
     The famous hotel in Perth city is NUSANTARA HOTEL. Because NUSANTARA HOTEL is one of hotel in Perth city who has INDONESIA NUANCE. NUSANTARA HOTEL is very famous hotel. Many people come there. Especially for tourist circle. Everyday there are more 80 peoples come to NUSANTAR HOTEL. Who to be the power attraction is the nuance who difference than other hotels. Beside that, also because the complete facility with good service. If we stay in NUSANTARA HOTEL, we will reception with INDONESIAN SPECIAL FOOD. Such as JAVA FOOD, PADANG FOOD, BALI FOOD, BORNEO FOOD, SUNDA FOOD, SULAWESI FOOD, BETAWI FOOD, and the others. NUSANTARA HOTEL is very unique hotel. Because, in every room has difference nuance from every region in Indonesia.
    Meanwhile, QUEENSLAND HOTEL is a original Australia hotel. The nuance in this hotel is WESTERN NUANCE. And the special food is seafood. Because QUEENSLAND HOTEL is located in front of the beautiful beach. The name of the beach is WISHLAND BEACH. Everyday there are more 65 peoples come there. Who to be the power attraction is because QUEENSLAND HOTEL is located in front OF WISHLAND BEACH. Because WISHLAND BEACH has beautiful phenomenon, white sand, good scenery, and the others.  Beside that WISHLAND BEACH has a phenomenon. The phenomenon is if the people has a wish and they come to WISHLAND BEACH, their wish can to be really. But, after you swim at there and mix the sand and the beach water in a bottle.
    After that, there is MARMARIA HOTEL. MARMARIA HOTEL is a hotel who has JUNGLE NUANCE. In every room use BAMBOO LATH. But, the room still look luxurious. MARMARIA HOTEL has a special food. Example is HEALTHY AND FRESH VEGTABLE FOOD. This food is very match for vegetarian. Beside taht, MARMARIA HOTEL has a little zoo. So, for children can study and play. It’s so exciting. Everyday there are more about 25 peoples come there. But, if holiday there are more 30 peoples come there.
    And then, ANTARTIKA HOTEL. ANTARTIKA HOTEL is a hotel who has SOUTH POLE NUANCE. In every room like as IGLO. IGLO is a house special for people who stay at the south pole. If we enter in the room, we will feel like in the south pole. This reason who make people challenge. Everyday there are more 60 come to ANTARTIKA HOTEL. The people who has been come to ANTARTIKA HOTEL said like this “Wow............. it’s so cold !!”
    The last is ROMA HOTEL. ROMA HOTEL is a hotel who has ITALIA NUANCE. ROMA HOTEL has special foods. They are ITALIAN SPECIAL FOOD. Such as SPHAGETTHI, HOT DOG, PIZZA, and the others. Everyday there are more 40 peoples come there. ROMA HOTEL is a hotel who the build like as TOWER PISA. So, every people who stay at there must sloping walk. It’s so exciting.
    From that 5 hotels, the conclude is... If NUSANTARA HOTEL  is the first hotel. Because, NUSANTARA HOTEL has more 80 visitors everyday. The second hotel is QUEENSLAND HOTEL. Because, QUEENSLAND HOTEL has more 65 visitors everyday. The third hotel is ANTARTIKA HOTEL. Because, ANTARTIKA HOTEL has more 60 visitors everyday. The fourth hotel is MARMARIA HOTEL. Although MARMARIA HOTEL just has more about 25 visitors everyday, but if holiday MARMARIA HOTEL has more 30 visitors. So, the totally is 55 visitors. The last or the fifth hotel is ROMA HOTEL. Because, ROMA HOTEL has more 40 visitors everyday.



THAT’S ALL........

Resume Buku Manajemen Resiko

BAB I
PENDAHULUAN

Benarkaah kebanyakan orang ingin mengelakan risiko ? Karena selalu ingin aman dan hidup tentram, maka memang kebanyakan orang takut menanggung resiko. Namun semua tahap kehidupan kita mengandung resiko. Kemanaapun kita mengelak atau lari dari resiko, makaa disitupun kita akan menemukan risiko yang lainnya. Resiko merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan. Bahkan ada orang yang mengatakan , bahwa tak ada hidup tanpa resiko sebagaimana tak ada hidup tanpa maut. Jadi dengan demikian setiap hari kita menghadapi resiko, baik sebagai perorangan, maupun sebagai perusahaan. Orang berusaha melindungi diri tehadap resiko, demikian pula badan usaha pun harus berusaha melindungi diri terhadap resiko.
Agar resiko tidak menghalangi kegiatan perusahaan, maka seharusnyalah itu dimanajemeni dengan sebaik-baiknya. Namun benarkah para pengusaha Indonesia kurang memperhatikan manajemenn resiko?
Program Manajemen Resiko pertama-tama bertugas mengidentifikasikaan resiko-resiko yang dihadapi, sesudah itu mengukur atau menentukan besarnya resiko itu dan kemudian barulah dapat dicarikan jalan untuk menghadapi ataau menangani resiko itu. Ini berarti orang harus menyusun strategi untuk memperkecil ataupun mengendalikannya.
Pendeknya dengan progran itu, dapatlah dilindungi keefektifan operasi perusahaan yang bersangkutan. Jadi pernyataan yang harus dicari jawabannya oleh manajer resiko antara lain adalah : Resiko apa saja yang dihadapi perusahaannya. Bagaimana dampak resiko itu terhadap kehidupan bisnis perusahaannya. Resiko mana yang harus dihadapi sendiri, mana yang harus dipindahkan kepada asuransi. Metode mana yang cocok dan efisien untuk menghadapinya. Dan seterusnya..

TANGGUNG JAWAB PENGELOLAAN RESIKO OLEH PEGAWAI DAN DIREKTUR TERHADAP PEMILIK
Pegawai dan direktur dunia usahamempunyai tanggung jawab hukum terhadap pemegang saham atau pemilik perusahaan bagi pengelolaan resiko murni. William and Heins ( 1985 ) memberikan salah satu contoh pernyataan batas-batas tanggung jawab seseorang manajer resiko dari suatu perusahaan, sebagaiman terlihat dibawaah ini.
DAERAH TANGGUNG JAWAB UNTUK MANAJER RESIKO FULLTIME
Menentukan resiko dan evaluasi (mengidentifikasikan  exposure potensi kerugian dan ukuran kerugian). Pembelanjaan resiko (menentukan tingkat asuransi yang dapat dikurangi ( deductible ) dan batas polis, apakah untuk mengasuransikan atau menanggungnya dan menempatkan perlindungan asuransi ).
Rekayasa atau engineering pencegahan kerugian ( merancang sistem-sistem mekanik dan prosedur-proedur untuk mencegah atau meminimalkan kerugian atas kekayaan dari musibah seperti : api, badai, peledakan, dan sebagainya). Keamanan ( administrasi keamanaan personalia dan penyehatan prosedur keamanan untuk mencegah atau meminimalkan kerugian harta yang disebabkan oleh perilaku yang berasal dari manusia seperti kejahatan, pencurian, pengrusakan dan huru-hara ).
Administrasi keselamatan ( merancang dan mengadministrasikan sistem dan prosedur untuk mencegah atau meminimumkan kerugian yang disebabkan cidera dan penyakit termasuk kelengkapan alat keselamatan memenuhi peraturan pemerintah ). Administrasi penanganan klaim (mengurus klaim dengan pihak asuransi, atau administrasi klaim asuransi sendiri ). Rancangan jaminan hari tua dan administrasinya.
Administrasi unit program manajemen resiko :
1.    Akuntansi asuransi ( lokasi premi, statistik kerugian, fungsi pembukuan lainnya)
2.    Unit anggaraan
3.    Unit manajemen personalia ( jika lebih dari dua unit )
Sumber : The risk and insurance Manager Position : Sibson and Company, princeton,, 1978

PENETAPAN KEBIJAKSANAAN TERTULIS
Manajemen puncak perusahaan menetapkan kebijaksanaan bagi pedoman pelaksanaan kegiatan di Bagian Manajemen Resiko, yang mencakup tujuan, tugas dan tanggung jawab manajemen resiko.
William and Heins ( 1985 ) memberikan contoh kebijaksanaan tersebut bagi perusahaan General Mills, sebagai dibawah ini :

GENERAL MILLS, INC
KEBIJAKSANAAN MANAJEMEN RESIKO
Kegiatan manajem resiko dipengaruhi oleh falsafah umum perusahaan yang bekenaan dengan asuransi.
1.    Hilangkan atau kurangi kondisi dan praktek yang menyebabkan kerugian yang dapat diasuransikan.
2.    Bila resiko tak dapat dihilangkan atau dikurangi sampai tingkat yang dapat dikerjakan :
a.    Beli asuransi komersial yang akan memberikan idemnity bagi kerugian bencana besar ( catastropic losses)
b.    Asuransi ( penanggungan ) sendiri terserah pada judgement terbaik bagi perusahaan jika resiko-resiko itu dipertimbangkan tidak begitu penting ditinjau dari sudut operasi keuangan perusahaan.
Tetapi, dalam peristiwa mana saja, usahakan menanggung sebagian resiko dan mengasuransikan sebagian yang lainnya, sepanjang reduksi premi atau pengurangan premi menarik secara ekonomis.
Tanggung jawab Departemen Manajemen Resiko untuk melaksanakan policy itu adalah sebagai berikut :
1.    Membantu divisi dan subsidiary untung merancang dan mengoperasikan pengendalian kebakaran dan program-program pencegahan kerugian.
2.    Mempelajari rencana konstuksi dan rencana perubahan fasilitas untuk memastikan cukup memenuhi syarat pengendalian resiko dan penerimaan pihak asuransi.
3.    Mengembangkan polis perlindungan asuransi dan programnya dan menjaganya untuk selalu sesuai dengan perubahan keadaan (up to date) untuk menjamin efektivitasnya.
4.    Negoisasi dan penempatan semua kontark asuransi dan bonding untuk memastikan bahwa telah memenuhi program yang sudah ditetapkan.
5.    Mempelajari kembali program asuransi luar negeri.
6.    Menyetujui provisi asuransi dari pada leasing sdan kontark sebelum pelaksanaan.
7.    Melaporkan dan menyesuaikan semua klaim asuransi.
8.    Memberikan saran kepada departemen akuntansi perusahaan dan subsidiary untuk penentuan nilai yang dapat diasuransikan.
9.    Administrasi dan mengoperasikan perusahahaan asuransi anak perusahaan GMI : GOLD Medal Insurance Co dan Medallion Insurance  Company Limited.
Dalam melaksanakan tanggung jawab tersebut, Departemen Manajemen Resiko mengharapkan kerjasama dari orang-orang yang berada pada anak perusahaan dan divisi departemen untuk memperoleh informasi, identifikasi resiko dan analisis serta pelaksanan yang terkoordinasi.
ADMINISTRASI PELAKSANAAN PROGRAM
Manajemen resiko dalam perusahaan besar memelihara pencatatan dari bermacam-macam jenis, antaranya yang paling penting adalah kontrak asuransi, teermasuk tanggal jatuh temponya, pencatatan valuasi yang menyebabkan  atu menunjukkan nilai dan alokasi semua kekayaan, catatan personalia, analisis secara keseluruhan dari tipe kerugian yang berbeda yang dihadapi perusahaan dan data kerugian sebelumnya.
1.    EVALUASI  HASIL KERJA
Oleh karena Manajer Resiko membuat keputusan dalam keadaan ketidakpastian maka banyak hal dari hasil kerja mereka sukar untuk dievaluasi dalam jangka waktu yang pendek. Yang lainnya adalah untuk menentukan apakah Manajer Resiko dapat berhasil mencegah membengkaknya pengeluaran Kas sepanjang toleransi yang ditetapkan perusahaan.



HUBUNGAN MANAJEMEN RESIKO DENGAN FUNGSI-FUNGSI LAIN DALAM PERUSAHAAN
1.    HUBUNGAN DENGAN FUNGSI AKUNTING
Bagian akunting menjalankan kegiatan  manajemen resiko yang penting, yaitu :
a.    Mengurangi kesempatan pegawai melakukan penggelapan, dengan jalan menjalankan internal control dan internal audit.
b.    Melalui rekening aset bagian akunting mengidentifikasikan dan mengukur exposure kerugian terhadap harta.
c.    Melalui penilaian rekening seperti rekening piutang bagian akunting mengukur risiko piutang dan mengalokasikan cadangan dana exposure kerugian piutang.
Bagian akunting juga dapat menimbulkan resiko, misalnya saja penggunaan komputer, resiko tanggung-gugat karena kemungkinan terjadi kesalahan dalam penyajian informasi.
2.    HUBUNGAN DENGAN FUNGSI KEUANGAN
Bagian keuangan banyak melakukan banyak penetapan yang mempengaruhi manajemen resiko.
a.    Manajer resiko biasanya bawahan Direktur Keuangan
b.    Bagian keuangan menganalisis pengaryh turunnya profit dan cash flow
c.    Dalam menetapkan apakah perusahaan akan membeli peralatan yang mahal atau gedung baru, maka manajer finansial seharusnya mempertimbangkan resiko murni yang tercipta karena tindakan itu.
d.    Jika perusahaan meminjam uang dengan menggunakan harta sebagian kolateral, biasanya pemberi pinjaman menuntut agar harta diasuransikan, yang selanjutnya akan melibatkan manajemen asuransi.

3.    HUBUNGAN DENGAN MARKETING
Kegiatan marketing dapat menciptakan resiko, terutama resiko tanggung-gugat. Misalnya perusahaan bisa dituntut oleh pihak luar karena berkenaan dengan penggunaan packaging yang tidak sesuai dengan pesanan.

4.    HUBUNGAN DENGAN BAGIAN PRODUKSI
Kegiatan produksi juga banyak menciptakan resiko. Dalam mendesain atau membuat produk atau memberikan service, pekerja seringkali diekspose pada kecelakaan kerja. Karena itu Bagian Produksi haruslah mengidentifikasikan dan mengevaluasi bahaya-bahaya yang terkait dengan proses, servis dan produk. Untuk itu pengawasan terhadap produksi dijalankan mulai dari disain, pengawasan operasi, pengujian mutu bahan dan hasil akhir, pemakaian package yang tidak beracun dan lain sebagainya.




5.    HUBUNGAN DENGAN ENGGINERING DAN MAINTENANCE
Bagian ini bertanggung jawab untuk disain pabrik, maintenance, dan melaksanakan fungsi perawatan gedung, pabrik dan peralatan, yang semuanya sangat vital untuk mencegah, mengurangi frekuensi dan keparahan kerugian.

6.    HUBUNGAN DENGAN BAGIAN PERSONALIA
Bagian personalia mempunyai banyak tanggung  jawab dibidang resiko. Contoh yang paling jelas adalah perencanaan, instalasi, dan administrasi program-program kesejahteraan pegawai.
Karena Bagian Personalia bertanggung  jawab untuk seleksi dan latihan personil, maka Bagian Personalia yang bertanggung jawab dalam mengawasi jabatan yang mengandung resiko, misalnya kecelakaan dan penyakit.

2.    KOMUNIKASI  DUA ARAH
Dari uraian diatas dapat disipulkan bahwa diperlukan komunikasi dua arah antara Manajer Resiko dan Manajer-Manajer lainnya dalam suatu perusahaan untuk menyalurkan informasi yang berkenaan dengan resiko.
Dengan demikian diharapkan resiko itu dapat dimanajeri dengan baik, sehingga tujuan perusahaan dapat dicapai dengan efisien.

SUMBANGAN MANAJEMEN RESIKO TERHADAP PERUSAHAAN, KELUARGA, DAN MASYARAKAT
•    TERHADAP PERUSAHAAN

1.    Manajemen resiko dapat mencegah perusahaan dari kegagalan
2.    Oleh karena laba dapat ditingkatkan melalui pengurangan pengeluaran, maka Manejem Resiko menunjang secara langsung peningkatan laba tersebut.
3.    Manajemen Resiko dapat menyumbang secara tidak langsung laba sedikitnya dengan cara-cara sebagai berikut :
a.    Jika sebuah perusahaan dapat memanajeri resiko murninya dengan berhasil, maka manajer akan bersifat tenang dan percaya diri, dan membuka pikiran untuk menyelidiki resiko spekulatif.
b.    Dengan membebaskan manajer umum dari aspek resiko murni dari proyek yang bersifat spekulatif, maka manajemen resiko dalam hal ini menunjang peningkatan kualitas keputusan yang diambil.
c.    Bila keputusan telah diambil untuk menerima pokok yang bersifat spekulatif, maka penanganan resiko spekulatif lebih efisien.
d.    Manajemen resiko dapat mengurangi fluktuasi laba tahunan dan aliran kas.
e.    Melalui persiapan sebelumnya, manajemen resiko dalam banyak hal dapat membuat perusahaan melanjutkan kegiatannya walaupun telah mengalami kerugian. Jadi, dengan demikian mencegah langganan pindah kesaingan.
4.    Adanya ketenangan pikiran bagi manajer yang disebabkan oleh adanya perlindungan terhadap resiko murni, merupakan harta non material bagi perusahaan
5.    Manajemen resiko melindungi perusahaan dari resiko murni, dan karena kreditur pelanggan dan pemasok lebih menyukai perusahaan yang dilindungi maka secara tidak langsung menolong meningkatkan public image.

•    TERHADAP KELUARGA
1.    Manajemen resiko dapat mempersiapkan keluarga dengan kelima faedah  tersebut diatas.
2.    Manajemen resiko yang sehat mungkin menyanggupkan suatu keluarga untuk mengurangi pengeluaran untuk asuransi tanpa mengurangi sifat perlindungannya.
3.    Jika suatu keluarga telah dilindungi terhadap kematian atau kesehatan, kehilangan atau kerusakan harta bendanya, maka keluarga itu mungkin akan berani untuk menanggung resiko dalam berinvestasi atau persetujuan mengenai karier.
4.    Suatu keluarga dapat disembuhkan  dari tekanan fisik dan mental.
5.    Keluarga mungkin memetik faedah dari program manajemen resiko yang menolong orang-orang lain.

•    TERHADAP MASYARAKAT
Masyarakat juga dapat memetik faedah dari makin efisiennya manajemen resiko menangangi perusahaan dan keluarga akan mengurangi beban masyarakat ( social cost ).

OBYEKTIF MANAJEMEN RESIKO
Sasaran yang mungkin akan dicapai oleh manejemen resiko yaitu sebagai berikut:
1.    Survival
2.    Kedamaian pikiran
3.    Memperkecil biaya
4.    Menstabilkan pendapatan perusahaan
5.    Memperkecil atau meniadakan gangguan operasi perusahaan.
6.    Melanjutkan pertumbuhan perusahaan
7.    Merumuskan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap karyawan dan massyarakat

OBYEKTIF MANAJEMEN RESIKO HARUS KONSISTEN DENGAN OBYEKTIF PERUSAHAAN
Mehr dan Hedges dalam bukunya “ Risk Management, Concept and Application “, menulis bahwa tujuan umum ( Generale Objective ) perusahaan adalah sebagai berikut :
1.    Profit atau layanan yang efisien
2.    Good citizenship
3.    Kepuasan pribadi

Obyektif  Manajemen Resiko yang dianggap konsisten dengan obyektif  umum tersebut dibagi atas :
1.    Obyektif yang akan dicapai sesudah terjadinya suatu kerugian (Post-loss-Objective)
a.    Survival
b.    Kelanjutan operasi perusahaan
c.    Stabilitas laba
d.    Pertumbuhan
e.    Good citizennship dan tanggapan baik dari publik

2.    Obyektif yang harus dicapai sebelum terjadinya sesuatu kerugian (Pre-loss-Objective)
a.    Ekonomi
b.    Pencegahan ketegangan syaraf dan kesusahan
c.    Good citizennship dan tanggapan baik dari publik

















BAB II
KONSEP RESIKO

PENGERTIAN TENTANG RESIKO
Vaugan (1978),  mengemukakan beberapa definisi resiko sebagaimana dapat kita lihat sebagai berikut :
1.    Risk is the chance of loss ( Resiko adalah kerugian )
2.    Risk is the possibility of loss ( Resiko adalah kemungkinan kerugian )
3.    Risk is uncertainty ( Resiko adalah ketidakpastian )
4.    Risk is the dispersion of actual from expected result ( Resiko merupakan penyebaran hasil aktual dari hasil yang diharapkan)
5.    Risk is the probability any outcome different from the one expected ( Resiko adalah  probabilitas sesuatu outcome berbeda outcome yang diharapkan )

KESIMPULAN
Kondisi yang tidak passti atau resiko itu timbul karena berbagai sebab, antara lain :
a.    Jarak waktu dimulai perencanaan atas kegiatan sampai kegiatan itu berakhir. Makin panjang jarak waktu makin besar ketidakpastiannyaa.
b.    Keterbatasan tersediannya informasi yang diperlukan
c.    Keterbatasan pengetahuan/keterampilan/teknik mengambil kepuutusan
d.    Dan sebagainya

KONSEP-KONSEP LAIN  YANG BERKAITAN DENGAN RESIKO
Pada umumnya masyarakat mempersamakan pengertian resiko, hazard dan peril. Padahal ketiga hal tersebut berbeda. Maka dari itu hal ini harus dibedakan secara jelas dan tegas.
PERIL ( BENCANA/MUSIBAH)
Peril adalah suatu peristiwa yang dapat menimbulkan kerugian dan merupakan sebagai penyebab langsung kerugian. Contohnya orang yang mengalami kerugian karena bencana.
HAZARD ( BAHAYA )
Hazard adalah keadaan atau kondisi yang dapat memperbesar kemungkinan terjadinya suatu peril atau musibah.

Tipe-tipe Hazard
1.    Physical Hazard
Adalah suatu kondisi yang bersumber pada karakteristik secara fisik dari suatu objek yang dapat memperbesar kemungkinan terjadi suatu peril ataupun memperbesarnya suatu kerugian.

2.    Moral hazard
Adalah suatu kondisi yang bersumber dari orang yang bersangkutan atau yang berkaitan dengan sikap mental atau pandangan hidup serta kebiasaannya yang dapat memperbesar kemugkinan terjadinya suatu peril atau suatu kerugian.

3.    Morale Hazard
Adalah suatu kecerobohan atau kurang hati-hati dari seseorang dapat menimbulkan kondisi yang dapat memeprbesar suatu kerugian.

4.    Legal Hazard
Adalah suatu peril dapat terjadi akibat dari mengabaikan aturan atau perundang-undangan yang berlaku.


RESIKO SPEKULATIF DAN RESIKO MURNI
RESIKO SPEKULATIF
Resiko spekulatif biasanya disebut juga resiko bisnis yaitu suatu keadaan yang dihadapi seseorang atau perusahaan yang dapat memeberikan keuntungan atau juga dapat memeberikan kerugian. Misalnya saja berinvestasi.

RESIKO MURNI
Resiko murni adalah sesuatu yang hanya berakibat merugikan atau tidak terjadi apa-apa dan tidak mungkin menguntungkan. Misalnya saja terjadi kebakaran.

SUMBER RESIKO
RESIKO SOSIAL
Sumber resiko sosial ini adalah masyarakat, artinya tindakan orang-orang yang menciptakan kejadian yang menyebabkan penyimpangan yang merugikan dari harapan kita. Misalnya saja terjadi pencurian, perusakan, huru-hara dan lain-lain.

RESIKO FISIK
Ada banyak resiko fisik yang sebagiannya adalah fenomena alam, sedangkan lainnya disebabkan oleh kesalahan manusia. Banyak resiko yang kompleks sumbernya tetapi termasuk terutama kategori fisik, contohny antara lain ; kebakaran, cuaca, petir, tanah longsor, dan lain sebagainya.


RESIKO EKONOMI
Banyak resiko yang dihadapi perusahaan itu bersifat ekonomi. Contoh-contoh resiko ekonomi adalah inflasi, fluktuasi lokal, dan ketidakstabilan perusahaan individu dan sebagainya.

JENIS-JENIS RESIKO YANG DITANGANI MANAJER RESIKO
Manajemen resiko menangani terutama resiko murni. Ia tidak menangani resiko spekulatif kecuali jika adanya resiko spekulatif  memaksa manajer resiko murni untuk menghadapi resiko murni yang lainnya. Kerugian potensial yang dihadapi dan bersifat ekonomi yang harus ditangani oleh manajer resiko adalah sebagai berikut:
a.    Kerugian terhadap harta
b.    Tanggung jawab terhadap pihak lain
c.    Kerugian personil
BIAYA-BIAYA YANG DITIMBULKAN KARENA MENANGGUNG RESIKO
Biaya-biaya yang bersifat ekonomi karena menanggung resiko atau ketidakpastian dapat dibagi sebagai berikut :
1.    Biaya-biaya dari kerugian yang tidak diharapkan
2.    Biaya-biaya dari ketidakpastian itu sendiri
3.    Keraguan penghambat perkembangan ekonomi
4.    Langkah-langkah dalam proses manajemen resiko
Manajemen resiko dimulai dari proses mengidentifikasi resiko  penilaian resiko  mitigasi  monitoring  evaluasi





















BAB III
MENGIDENTIFIKASI RESIKO

Pengidentifikasian resiko adalah proses penganalisaan atau analisis untuk menemukan secara sistematis dan secara berkesinambungan resiko ( kerugian yang potensial ) yang menantang perusahaan. Untuk itu diperlukan :
1.    Pertama : Suatu checlist dari semuakerugian yang potensial yang mungkin bisa terjadi pada umumnya setiap perusahaan.
2.    Kedua : Untuk menggunakaan checlist itu diperlukan suatu pendekataan yang sistematik untuk menentukan mana dari kerugian potensial yang tercantum dalam checlist itu yang dihadapi oleh perusahaan yang sedang dianalisis.
Manajemen resiko seharusnya melakukan sendiri kedua langkah diatas tanpa meminta bantuan atau dipercayakan kepada pihak jasa asuransi, broker atau konsultan.

SUMBER CHECKLIST
Checklist itu diterbitkan oleh:
1.    Perusahaan asuransi
2.    Badan penerbitan asuransi
3.    Asosiasi Manajemen Amerika ( AMA )
4.    Ikatan Manajemen Resiko dan Asuransi

KLASIFIKASI KERUGIAN
Salah satu alternatif sistem pengklasifikasian kerugian dalam suatu checlist adalah sebagai berikut :
A.    Kerugian Hak Milik ( Property Losses )
1.    Kerugian langsung yang dihubungkan dengan kebutuhan untuk mengganti atau reparasi atau kehilangan harta
2.    Kerugian tidak langsung, seperti keharusan untuk menghancurkan sisa gedung yang rusak akibat kerusakan secara langsung.
3.    Kerugian pendapatan ( net income ) seperti penghentian kegiatan sementara yang disebabkan oleh suatu kerugian dimana tidak boleh ditempatinya ruang kerja.





 B.     Kerugian Personalia ( Personel Losses )
1.    Kerugian bagi perusahaan, karena kematian, cacat, atau mengundurkan dirinya sebagai pegawai, langgana ataau pemilik.
2.    Kerugian bagi keluarga pegawai, yang disebabkan oleh kematian, cacat atau pemberhentian.

PENGGUNAAN SUATU CHECKLIST
Metode yang dianjurkan untuk dipergunakan adalah sebagai berikut:
1.    QUESTIONNAIRE ANALISIS RESIKO (RISK ANALYSIS QUESTIONNAIRE)
Analisis ini menjuruskan manajemen resiko untuk memastikan bahwa informasi yang diperlukan berkenaan dengan harta dan operasi perusahaan tidak ada yang terlupakan.

2.    METODE LAPORAN KEUANGAN
Dengan menganalisis neraca, laporan laba-rugi dan catatan lain yang menyokongnya, manajer resiko dapat mengidentifikasikan semua resiko yang berkenaan dengan harta, utang dan personalia perusahaan.

3.    METODE PETA-ALIRAN
Suatu peta aliran menggambarkan seluruh operasi dari perusahaan yang bersangkutan, yang dimulai dari bahan mentah, listrik dan input lain-lain pada lokasi supplier dan berakhir dengan produk jadi dalam tangan langganan. Dari peta-aliran dapat dilakukan analisis sebagai berikut;
a.    Kerugiaan yang berkenaan dengan harta
b.    Kerugian yang berkenaan dengan tanggung jawab
c.    Kerugian personil

4.    INSPEKSI LANGSUNG PADA OBYEK
Dengan mengamati langsung jalannya operasi, bekerjanya mesin, peralatan, lingkungan kerja, kebiasaan kerja pegawai dan seterusnya. Manajer resiko dapat mempelajari lebih banyak dan meyakinkan tentang hazard yang mungkin tidak disadari oleh pekerja ataupun mungkin tidak pernah ditemukan pada laporan tertulis.

5.    INTERAKSI YANG TERENCANA DENGAN BAGIAN-BAGIAN PERUSAHAAN
Interaksi ini meliputi :
a.    Untuk memperoleh pemahaman yang sempurna dari kegiatan suatu bagian, mengidentifikasikan kerugian potensial yang timbul, maka dari itu, manajer resiko dapat sering mengunjungi manajernya serta dapat mengadakan tanya jawab secara langsung dengan pegawai.
b.    Laporan lisan atau tertulis dari bagian-bagian perusahaan itu, baik atas inisiatif mereka maupun sebagai laporan tertulis yang rutin dapat memberi informasi yang up to date mengenai perkembangan yang relevan.

6.    CATATAN STATISTIK DARI KERUGIAN MASA LALU
Pendekatan yang keenam ini dapat memberikan petunjuk tentang kerugian yang telah lalu dan kerugian mana diantaranya yang sering terjadi.

7.    ANALISIS LINGKUNGAN
Lingkungan yang relevan adalah sebagai berikut ;
a.    Langganan
b.    Pemasok
c.    Saingan
d.    Undang-Undang atau ketentuan-ketentuan lainnya

Dalam menganalisis masing-masing komponen pertimbangan yang penting adalah :
a.    Sifat hubungannya
b.    Keanekaannya
c.    Kestabilannya
PENGGUNAAN PIHAK LUAR UNTUK MENGIDENTIFIKASI RESIKO
Manajer resiko boleh percaya pada agen asuransi, broker atau konsultan manajemen resiko untuk melakukan pekerjaan yang terinci untuk mengidentifikasikan resiko. Akan tetapi, mempercayai saja sepenuhnya pihak luar untuk mengidentifikasikan resiko pada suatu ketika dapat mengandung kelemahan.
Melaksanakan survei sendiri memang memakan waktu, tetapi tidak lain yang lebih baik bagi manajer resiko untuk mengamati dari dekat sumber resiko yang melekat pada hak milik, operasi dan manajemen phylosophy dan karena itu akan mengambil keputusan dengan hasil yang baik.
PENUTUP
Tidak ada metode tunggal atau prosedur pengidentifikasian resiko yang bebas dari kelemahan. Dalam hal ini diperlukan stategi manajemen untuk menentukan metode ataukah kombinasi metode yang cocok dengan situasi yang dihadapi.Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan itu adalah:
1.    Sifat dari bisnis
2.    Besarnya perusahaan itu
3.    Tersedianya tenaga ahli.



BAB IV
PENGUKURAN RESIKO


Sesudah manajer resiko mengidentifikasikan berbagai jenis resiko yang dihadapi perusahaan, maka selanjutnya resiko itu harus diukur. Perlunya diukur adalah :
1.    Untuk menentukan relatif pentingnya
2.    Untuk memperoleh informasi yang akan menolong untuk menetapkan kombinasi peralatan manajemen resiko yang cocok untuk menanganinya.
3.   
DIMENSI YANG HARUS DIUKUR
Informasi yang diperlukan berkenaan dengan dua dimensi resiko yang perlu diukur, yaitu :
1.    Frekuensi atau jumlah kerugian yang akan terjadi
2.    Keparahan dari kerugian itu
Paling sedikit untuk masing-masing dimensi itu, yang ingin diketahui adalah :
a.    Rata-rata nilainya dalam periode anggaran
b.    Variasi nilai itu, dari satu periode anggaran ke periode anggaran sebelum dan berikutnya
c.    Dampak keseluruhan dari kerugian-kerugian itu jika seandainya kerugian itu ditanggung sendiri, harus dimasukkan dalam analisis, jadi tidak hanya nilainya dalam rupiah saja.
Mengapa kedua dimensi itu diperlukan ?
Hal ini dikarenakan , Kedua dimensi itu diperlukan untuk menilai relatif pentingnya suatu exposure terhadap kerugian potensial. Berlawanan dengan pendapat kebanyakan orang, pentingnya suatu exposure bagi kerugian tergantung sebagian besar atas keparahan kerugian potensial itu, bukan pada frekuensi potensial. Suatu kerugian potensial dengan kemungkinan catastropic, walaupun jarang terjadi, adalah jauh lebih parah daripada yang sering terjadi, tetapi hanya menimbulkan kerugian kecil saja. Sebaliknya frekuensi kerugian tidak bisa diabaikan. Jika dua exposure ditandai oleh keparahan kerugian yang sama, maka exposure yang frekuensinya lebih besarlah yang seharusnya dimasukkan dalam ranking yang lebih penting. Belum ada formula untuk membuat ranking menurut pentingnya, dan rankingnya akan berbeda jika orang me-ranking-nya berbeda pula.
Tetapi pendekatan yang rasional lebih menekankan pada keparahan kerugian. Sebuah contoh akan menjelaskan persoalan ini. Kans terjadi kerugian karena tabrakan mobil mungkin lebih besar dari Kans dituntut pihak lain karena tabarakan, tetapi keparahan potensial daripada kerugian tanggung-gugat (liability loss) bisa lebih tinggi atau besar dari nilai kerusakan terhadap mobil itu sendiri. Karena itu seharusnya tidak ada keberatan menaruh liability loss lebih tinggi dari property loss (kerugian harta)
Sub pembagian dari suatu jenis kerugian tertentu mungkin pula dilakukan berdasarkan suatu batas tertentu yang ditentukan atau ditetapkan perusahaan yang bersangkutan. Misalnya jika batas yang ditetapkan adalah Rp 100.000,00,maka kerugian itu dapat dibagi kedalam (1) kerugian Rp 100,000,00 atau kurang. (2) kerugian diatas  Rp 100.000,00
Dalam hal ini kerugian yang lebih penting adalah kerugian yang kedua, walaupun frekuensinya kurang. Jelaslah pembagian seperti ini dilakukan orang dengan maksud menempatkan tekanan lebih penting pada keparahan kerugian, bukan pada frekuensi kerugian.

MENENTUKAN KEPARAHAN
Dalam menentukan keparahan kerugian, manajer harus berhati-hati untuk memasukkan semua kerugian yang mungkin bisa terjadi sebagai akibat suatu peristiwa tertentu, sebagaimana dampaknya yang terakhir terhadap keuangan perusahaan yang bersangkutan.
Dampak keuangan terakhir dari suatu kerugian bahkan mungkin pula terabaikan dalam mengevaluasi nilai rupiah dari sesuatu kerugian. Keparahan kerugian juga akan tergantung pada jumlah unit yang terkena kerugian. Misalnya suatu  perusahaan mempunyai beberapa gudang yang letaknya berdekatan, maka kerugian akan lebih parah karena satu peristiwa kebakaran saja bisa menghabiskan ketiga gudang itu.
Kerugian rata-rata ini dapat dibandingkan dengan premi asuransi yang harus dibayar, jika perusahaan itu minta perlindungan asuransi.
Demikian pula frekuensi kerugian dan keparahan kerugian membantu peramalan kerugian dan berapa penting kerugian itu yang mungkin terjadi dalam suatu “ bad year ”

PENGUKURAN RESIKO DENGAN DISTRIBUSI PROBABILITAS
Distribusi probabilitas menunjukkan ppobabilitas kejadian bagi masing-masing outcome yang mungkin. Karena outcome itu merupakan mutuallly exclusive, maka semua probabilitas itu jika dijumlahkan sama dengan satu.
Tiga macam distribusi probabilitas menunjukkan outcome yang mungkin untuk :
1.    Total kerugian per tahun ( atas periode budget)
2.    Banyak kejadian per tahun
3.    Kerugian per kejadian
Untuk menggambarkan ketiga jenis probabilitas itu, kita akan mempertimbangkan contoh tentang kerugian tabrakan mobil :
a.    Total kerugian harta langsung ( tidak termasuk kerugian net income, liability loss, atau personal ) yang mungkin akan dialami perusahaan yang disebabkan oleh tabrakan armada atau pengangkutan.
b.    Banyaknya tabrakan per tahun
c.    Total kerugian harta per tabrakan
Contoh kerugian ini berkenaan dengan satu jenis kerugian untuk semua unit  yang dihadapkan pada kerugian dengan satu penyebab (tabrakan). Distribusi probabilitas bisa dibangun untuk berbagai kombinasi daripada:
1.    Jenis kerugian
2.    Unit-unit yang mengalami exposure ( kemungkinan merugi )
3.    Penyebab kerugian
Akhirnya, untuk kebanyakan keputusan manajemen resiko, sebaiknya juga membangun distribusi probabilitas untuk total kerugian sesudah pajak dan distribusi probabilitas kerugian sesudah pajak pada setiap kejadian.

KONSEP PROBABILITAS
Dalam menjelaskan konsep mengenai probabilitas kita awali dengan menggunakan konsep “ sample space” atau lingkup kejadian dan “event” suatu kejadian/peristiwa.
Apabila W(s) merupakan jumlah keseluruhan bobot dalam set S, dan W(E) merupakan julah keseluruhan bobot dalam subset E, maka probabilitas (P), yang menunjukkan jumlah tabrakan kendaraan sedan dapat diekspresikan sebagai berikut :

S = Set peristiwa yang diamati
E = Subset
Apabila kita mengansumsikan bahwa keseluruhan kejadian dalam set (S) mempunyai tingkat kemungkinan kejadian yang sama maka ekspresi diatas dapat disederhanakan sebagai berikut :

Dengan alur pemikiran yang sama pada probabilitas tidak terjadinya tabrakan mobil sedan adalah :




1.    AKSIOMA YANG MENDASARI DEFINISI PROBABILITAS
Tiga aksioma yang mendasari definisi probabilitas, yaitu :
1.    Probabilitas adalah suatu nilai/angka yang terletak antara 0 dan 1 yang diberikan pada masing-masing event
2.    Jumlah hasil penambahan keseluruhan probabilitas dari event-event yang saling pilah dalam set S adalah 1
3.    Probalitas suatu event yang terdiri dari sekelompok event yang saling pilah dalam suatu set adalah merupakan hasil penjumlahan dari masing-masing probabilitas yang terpisah.

2.    PROBABILITAS MERUPAKAN APROKSIMASI ( PROBABILITY IS APPROXIMATE)
Hanya dalam kasus-kasus tertentu yang sangat jarang terjadi kita dapat mengetahui  probabilitasnya secara mutlak. Kejadian-kejadian ini kemudian diekspresikansebagai  persentase dari total exposure dalam rangka mendapatkan estimasi empiris dari probabilitas.
Dari sudut empiris maka probabilitas dipandang sebagai frekuensi terjadinya event dalamjangka panjang yang dinyatakan dalam persentase.
PERCOBAAN ( TRIAL )YANG INDEPENDENT
Sama seperti 2 atau lebih eventyang idependent satu sama lain, maka hasil dari jumlah percobaanpun dapat dianggap independent. Dalam kasus ini sample spase didefinisikan sebagai serangkaian percobaan (succesive trials) dan hasilnya merupakan akibat apa yang terjadi dalammasing-masing percobaan.
PERANAN EVENT ( OUTCOME ) YANG INDEPENDENT DAN ACAK(RANDOM)
Keacakan dan ketidakketergantungan (independent) event mempunyai peranan yang sangat penting dalam asuransi. Underwriter akan  berusaha  untuk mengklasifikasikan  unit-unit  exoposure kedalam kelompok-kelompok dimana kejadian atau ketugian dapat dianggap sebagai  event yang independent.
EVENT  (OUTCOME) YANG BERULANG (REPENTED EVENT)
Apabila kita mengetahui bahwa probabilitasnya untuk terjadinya sesuatu dalam satu kali percobaan p, dan probabilitas tidak terjadinya adalah q = 1 – p, maka kita dapat menghitung probabilitas terjadinya suatu event selkama r kali dalam n, kali percobaan dengan menggunakann formula binominal. Formula binominal ini menggunakan konsep compound probability dan additive rule seperti diuraikan sebelumnya dan dengan menggunakan formula ini kita akan dapat menghitung distribusi binominal.
Sekalipun distribusi ini merupakan salah satu dari teori probabilitas yang digunakan dalam asuransi, tetapi cara ini merupakan salah satu dari yang terpenting. Untuk dapat menggunakan formula binominal ini maka diasumsikan bahwa kondisi-kondisi berikut ini dapat dipenuhi:
1.    ada suatu event atau hasil yang bersifat saling pilah atau mutually exclusive.
2.    probabilitas dari masing-masing  event diketahui atau dapat diestimasikan
3.    mengingat bahwa masing-masing event berdiri sendiri, makaprobabilitasnya tidak akan berubah daru percobaan satu ke percobaan yang lainnya tetapi tetap konstan karena probabilitas terjadinya event sudah diketahui dan hanya terdapat dua event maka probabilitas ini tidak terjadinya event adalah 1-probabilitas terjadinya event (q = 1- p ).

EXPECTED  VALUE ( NILAI HARAPAN )
Nilai harapan dari suatu event dapat ditentukan dengan membuat tabel untuk hasil-hasil yng mungkin diperoleh untuk menilai masing – masing hasil tersebut berdasarkan provbabilitasnya. Dengan menambahkan hasil dari masing-masing event tersebut dapatlah diperoleh nilai harapan.
Perhatikan contoh dibawah ini !
Expected Value of Contract
 Probabilitas                 H a s i l        Expected value
        90%        + Rp 4.000.000,-     Rp 3.600.000,-
        10%        - Rp 4.000.000,-    Rp     400.000,-
        100%                    Rp 3.200.000,-

DUA MACAM TAFSIRAN TENTANG PROBALITAS
Tafsiran yang pertama yaitu timbulnya tafsiran tentang probabilitas 1/10.
Penafsiran tersebut berdasarkan :
1.    Misalnya saja gudang. Gudang yang dikatakan sama atau serupa pada kenyataannya tidak pernah persis serupa. Misalnya walaupun sama tetapi berbeda lokasi, konstruksinya dan perawatannya.
2.    Kondisi bisa berubah peninjauan  masa lalu itu menyediakan sebagaian dasar untuk suatu penafsiran probabilitas kerugian.

Penafsiran yang  kedua sangat berfaedah dalam menetapkan tindakan yang diambil berkenaan dengan exposure tersebut:
1.    Peristiwa yang saling pilah ( mutually exclusive event)
Dua peristiwa yang dikatakan saling pilah adalah apabila terjadinya peristiwa yang satu menyebabkan tidak terjadinya peristiwa yang lainnya.

2.    Compound event
Adalah terjadinya dua atau lebih peristiwa terpisah selama dalam jangka waktu yang sama.metode untuk menentukan suatu compound outcome tergantung atas apakah outcomes terpisah itu merupakan peristiwa yang bebas.
3.    peristiwa bersyarat ( conditional outcomes )
Bagaimana jika dua peristiwa yang terpisah itu tidak bebas maka perhitungan compound probabilitas lebih rumit.
4.    Peristiwa yang insklusif
Misalkan  kita berhadapan dengan dua atau lebih peristiwa yang tidak mempounyai hubungan saling pilah dan kita menginginkan mengetahui probabiklitas terjadinya paling sedikit satuc peristiwa diantara dua peristiwa atau lebih itu. Jika peristiwa itu lebih dari dua maka proses perhitungannya lebih rumit. Maka dari itu disini akan disajikan hanya probabilitas  bahwa paling sedikit satu dari peristiowa tersebut itu yang akan terjadi. Jika peristiwa A dan peristiwa B merupakan peristiwa yang terpisah, maka probabilitas terjadi paling sedikit satu peristiwa adalah jumlah kedua probabilitas terjadinya A atau B dikurangi dengan probabilitas terjadinya kedua peristiwa tersebut :
P ( A atau B ) = P (A) + P (B) – P ( A atau B )

TOTAL KERUGIAN PER TAHUN
Distribusi probabilitas total kerugian per tahun memperlihatkan masing-masing total kerugian yang mungkin akan dialami oleh perusahaan yang bersangkutan, dalam tahun yang akan datang dan probabilitas bahwa masing-masing total kerugian itu mungkin akan terjadi.

INFORMASI YANG AKAN DICARI
Jika manager resiko dapat memperkirakan distribusi probabilitas total kerugian dengan tepat, maka akan dapat diperoleh informasi yang berkenaan dengan :
a.    Probabilitas bahwa perusahaan akan menanggung sedikit kerugian
b.    Probabilitas bahwa kerugian yang parah akan terjadi
c.    Keruguian rata-rata pertahun
d.    Variasi hasil yang mungkin

VARIASI HASIL YANG MUNGKIN
Dua probabilitas boleh jadi menunjukkan kerugian yang sam besarnya, tetapi variasi distribusinya buisa berbeda. Makin besar variasinya maka makin besar pula resikonya. Jika variasinya kecil, maka kerugian bisa diramalkan dengan baik dan karena itu perusahaan ini bisa dinasehatkan untuk menanggung resiko itu dengan memasukkan sebagai biaya operasi. Jika variasinya cukup besar dan hampir semuanya tidak dapat diperkirakan, maka dalam hal ini sebiknya resiko ini dipindahkan ke orang lain atau pihak lain.
Sampai disini belum ada lat ukur yang disarankan untuk mengukur resiko, tetapi hubungannya terhadap variasi dalam distribusi probabilitas telah diketahui.
    Menurut teknik statistik, variasi nilai-harapan dapat diukur dengan menggunakan :
1.    Deviasi Standar
Deviasi standar ini memberikan sebagian informasi tambahan:
a.    Jika distribusi probabilitas itu bisa diperkirakan dengan distribusi normal, deviasi standar bisa dipergunakan untuk  menetapkan probabilitas bahwa outcome akan jatuh antara nilai tertentu
b.    Jika orang mengetahui rata-rata deviasi standar tetapi tidak mengetahui sedikit juga tentang distribusi itu, orang masih bisa memperkirakan dengan keyakinan, probabilitas maksimum bahwa akan berdeviasi dari nilai rata-rata dengan suatu besaran tertentu atau lebih.
c.    Dengan memaksimumkan kondisi yang akan melatar belakangi sama, maka nilai harapan dan deviasi standar keduanya akan bertambah jika jumlah unit diekspose terhadap kerugian, bertambah pula.

2.    Koefisien Variasi
Koefisien variasi merupakan ukuran yang lebih berfaedah, sebab nilai-nilai harapan sering melayani sebagai predicted value dan koefisien variasi itu menunjukkan relatif error dalam peramalan atau prediction.

BAGAIMANA MEMBANGUN DISTRIBUSI PROBABILITAS
Untuk membangun distribusi probabilitas dapat mempergunakan :
1.    Data Historis
Dengan mengamati berulang kali berbagai kerugian potensial yang telah terjadi dalam jangka waktu yang lama yang kondisinya  serupa, maka dapat diperoleh informasi berapa kalikah terjadinya kerugian itu dalam masa tertentu.tetapi jarang orang yang memiliki pengalaman yang cukup luas untuk membangun distribusi probabilitas untuk menurut cara ini.
2.    Distribusi Probabiliotas yang Teoritis
Distribusi Probabiliotas yang Teoritis Adalah distribusi yang bisa diharapkan terjadi berdasarkan pengalaman-pengalaman sebelumnya atau berdasarkan kepada pertimbangan teoritis. Ada banyak macam teoritis distribusi probabilitas, tetapi yang penting dibahas disini adalah distribusi normal, distribusi binomial dan distribusi poisson.




BANYAKNYA KEJADIAN PER TAHUN
Jika kerugian per kejadian bervariasi secara luas, maka diperlukan distribusi probabilitas kerugian perkejadian dan banyaknya kejadian pertahun untuk membangunm informasi mengenai total kerugian per tahun. Bahkan dengan berkurangnya informasi mengenai total kerugian per kejadian, manajer resiko akan memperbaiki pengertiannya tentang situasi resiko jika ia mengetahui distribusi probabilitas dari banyaknya kejadian pertahun.
DISTRIBUSI POISSON
Distribusi probabilitas yang telah terbukti berguna dalam memperkirakan probabilitas bahwa sebuah perusahaan akan menderita sejumlah tertentu kejadian selama tahun berikutnya adalah distribusi poisson. Poisson menganggap tidak ada limit banyaknya tabrakan yang mungkin.
KERUGIAN PERKEJADIAN DALAM JUMLAH RUPIAH
Peneliti sudah berhasil menerangkan distribusi probabilitas tentang kerugian perkejadian. Distribusi ini menyatakan probabilitas bahwa kerugian dalam satu kejadian akan mengansumsikan berbagai nilai. Sebagai contoh diasumsikan kerugian yang mungkin pertabrakan adalah Rp 500.000,- , Rp 1.000.000,- , Rp 5.000.000,- , dan Rp 10.000.000,- dengan probabilitas masing-masing adalah 0,900, 0,080, 0,018 dan 0,002. Nilai harapannya adalah :
(0,900x500.000) + (0,80x1.000.000) + ( 0,018x5.000.000) + ( 0,002x10.000.000) = Rp 640.000
Kurva log normal dapat menerangkan secukupnya distribusi kerugian perkejadian bagi berbagai jenis kerugian. Dengan distribusi ini orang dapat mengukur atau menghitung, antara lain probabilitas bahwa kerugian perkejadian akan melebihi jumlah tertentu.

DISTRIBUSI KOMPONEN TOTAL KERUGIAN PERTAHUN DAN DISTRIBUSI PROBABILITASNYA
Karena total kerugian dalam satu tahun merupakan hasil dari jumlah kejadian pertahun dan rata-rata kerugian perkejadian, maka orang dapat membuat beberapa pernyataan atau daftar tentang total kerugian dalam rupiah pertahun jika orang mempunyai distribusi probabilitas untuk banyaknya kejadian dan kerugian perkejadian. Total kerugian-harapan pertahun sama dengan jumlah harapan kejadian dikalikan dengan kerugian harapan perkejadian.




BAB 5
PENGENDALIAN RESIKO



PENDAHULUAN
    Sesudah manajer resikomengidentifikasikan dan mengukur risiko yamg dihadapi perusahaannya, maka ia harus memutuskan bagaimana menangani resiko tersebut. Ada dua pendekatan dasar untuk itu :
1. Pengendalian Reasiko (risk control)
    Pengendalian resiko, dijalankan dengan metode berikut :
    a. menghindari resiko
    b. Mengendalikan Resiko
    c. Pemisahan
    d. Kombinasi atau pooling
    e. Pemindahan Resiko
2. Pembiayaaan Resiko (risk financing)
    Pembiayaan Resiko, meliputi :
    a. Pemindahan resiko melalui pembelian asuransi
    b. Menanggung resiko (retention)

MENGHINDARI RESIKO
Salah satu cara mengendalikan resiko murni adalah menghindari harta, orang, atau kegiatan dari exposure terhadap resiko dengan jalan :
1. Menolak memiliki, menerima, atau melaksanakan kegiatan itu walaupun hanya untuk sementara
2. Menyerahkan kembali resiko yang terlanjur diterima, atau segera menghentikan kegiatan begitu diketahui mengandung resiko. Jadi menghindari resiko berarti juga menghilangkan resiko.

PENGENDALIAN KERUGIAN (LOSS CONTROL)
    Pengendalian kerugian dijalankan dengan :
1.    Merendahkan kans (chance) untuk terjadinya kerugian
2.    Mengurangi keparahannya jika kerugian itu memang terjadi
Kedua tindakan itu dapat diklasifikasikan dalam berbagai cara :
1.    Tindakan pencegahan kerugian atau tindakan pengurangan kerugian
2.    Menurut sebab kejadian yang akan dikontrol
3.    Menurut lokasi daripada kondisi-kondisi yang akan dikontrol
4.    Menurut timing-nya

Metode Pencegahan kerugian dan Metode Pengurangan Kerugian
    Program pencegahan kerugianberusaha mengurangi atau menghilangkan kans kerugian. Program pengurangan kerugian bertujuan untuk mengurangi keparahan potensial dari kerugian.

Pengendalian Kerugian Menurut Sebab-sebab Terjadinya
    Seacara tradisional teknik pengendalian kerugian diklasifikasikan menurut pendekatan yang dilakukan :
1.    Pendekatan engineering
2.    Pendekatan hubunga kemanusiaan (human relations)

Pengendalian Kerugian Menurut Lokasi
    Dr. Haddon menegaskan bahwa kemungkinan dan keparahan kerugian dari kecelakaan lalu-lintas tergantung atas kondisi-kondisi dalam :
1.    Orang yang mempergunakan jalan
2.    Kendaraan
3.    Lingkungan umum jalan raya yang melingkupi faktor-faktor seperti desain. Pemeliharaan, keadaan lalu-lintas, dan peraturan. Konsep Haddon ini dapat diperluas pemakaiannya untuk bentuk kerugian lain, misalnya :
Kerugian    Lokasi
Kerusakan kebakaran terhadap
bangunan    Orang yang menggunakan bangunan itu, dan masyarakat di sekitarnya.
Tanggung –gugat produk    Pemakai produk, pembuat produk-produk itu dan lingkungan hukum.

Pengendalian Menurut nTiming
    Pendekatan ini mempertanyakan apakah metode itu dapat dipakaikan :
1.    Sebelum kecelakaan
2.    Selama kecelakaan
3.    Sesudah kecelakaan

Klasifikasi yang kedua yang berdasarkan timing juga mengenalkan :
1.    Phase perencanaan
2.    Phase pengamanan perawatan
3.    Phase darurat


ANALISIS KERUGIAN DAN ANALISIS HAZARD
    Langkah pertama dalam pengendalian kerugian adalah untuk mengidentifikasikan dan menganalisis :
1.    Kerugian yang telah terjadi
2.    Hazard yang menyebabkan kerugian itu atau yang mungkin menyebabkan kerugian di masa datang
Langkah ini memerlukan :
1.    Suatu sistem pelaporan yang komprehensif
2.    Inspeksi secara berkala





ANALISIS KERUGIAN
    Untuk mendapatkan informasi atas kerugian, maka pengendali kerugian perlu membangun :
1.    Jaringan pemberi informasi
2.    Formulir untuk melaporkan kerugian

ANALISIS HAZARD
    Analisis Hazard tidak dapat dibatasi pada analisis hazard yang te;ah menyebabkan kecelakaan saja. Perlu  menyelidiki hazard yang mungki n akan muncul, berdasarkan pengalaman perusahaan lain, atau pengalaman perusahaan asuransi. Misalnya hazard dalam produk baru seperti obat baru merupakan hazard yang belum pernah dialami olehperusahaan lain, tapi melalui percobaan laboratorium hazard itu mungkin ditemukan.
    Alat-alat baru dalam menemukan hazard melalui inspeksi adalah :
1.    Checklist
2.    Fault free analysis

MENENTUKAN KELAYAKAN EKONOMIS
    Walaupun pencegahan segala kerugian diinginkan, tetapi ditinjau dari sudut manfaat dan biaya, tidak selalu economically feasible. Oleh karena itu pertimbangan yang bersifat ekonomis harus dilakukan.

Biaya yang timbul karena kecelakaan
    Biaya yang timbul karena kecelakaan ini sering dialokasikan jauh lebih rendah dari jumlah yang mungkin terjadi, hal ini disebabkan karena adanya biaya-biaya lain yang tersembunyi yang secara langsung tidak terlihat pada kecelakaan itu sendiri. Diantara biaya-biaya itu adalah :
1.    Biaya karena hilangnya waktu kerja bagi pegawai yang cedera.
2.    Biaya karena hilangnya waktu kerja pegawai lain, karena menolong yang cedera.
3.    Biaya dari waktu yang terpakai bagi supervisor menyiapkan laporan kecelakaan itu serta melatih pegawai lainuntuk menggantikan pegawai yang cedera.
4.    Biaya berkenaan dengan rusaknya mesin, peralatan, atau harta yang lain : seperti material yang terbuang.
5.    Biaya berkenaan dengan pembayaran penuh gaji karyawan yang pulih dari cederanya, walaupun kemampuan kerjanya menurun.
6.    Hilangnya waktu produksi.

Biaya Pengendalian Kerugian
    Biaya pemasangan dan perawatan peralatan pengendalian kerugian dapat dibagi ke dalam tiga kategori :
1.    Pengeluaran modal dan depresisasi untuk alat pencegah seperti dinding tahan api, peralatan seperti pompa pemadam api.
2.    Pengeluaran seperti gaji, tunjangan, pakaian, biaya, training, dan sebagainya bagi penjaga, supervisor, regu pemadam kebakaran, konsultasn, dan sebagainya.
3.    Pengeluaran untuk menjalankan program seperti biaya manual dan lain-lain alat bantu, inspeksi dan perawatan preventif, dan sebagainya.

PEMINDAHAN RESIKO
    Pemindahan resiko dapat dilakukian dengan tiga cara :
1.    Harta milik atau kegiatan yang menghadapi resiko dapat dipindahkan kepada pihak lain, baik dinyatakan dengan tegas, maupun berikut dengan berbagai transaksi atau kontrak
2.    Resiko itu sendiri yang dipindahkan
3.    Suatu risk financing transfer menciptakan suatu loss exposure untuk transferee. Pembatalan perjanjian itu oleh transferee dapat dipandang sebagai cara ketiga dalam risk control transfer.
Dengan pembatalan itu, transferee tidak bertanggung jawab secara hukum untuk kerugian yang semula ia setujui untuk dibayar.

































BAB 6
PEMBELANJAAN RESIKO
(RISK FINANCING)


PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan dijelaskan pembelanjaan (pembiayaan) yang berhubungan dengan cara-cara pengadaan dana untuk memulihlkan kerugian. Cara ini terdiri dari :
1.    Risk financing transfer (memindahkan resiko disertai dengan pembiayaan)
2.    Risk retention (resiko ditangani sendiri oleh perusahaan yang bersangkutan)

RISK FINANCING TRANSFERS
    Peminfahan resiko melalui pengendalian resiko, tidak memerlukan pengerahan dana karena dijalankan dengan :
1.    Memindahkan harta atau kegiatan yang bersangkutan kepada pihak lain.
2.    Memindahkan tanggung jawab kepada transferee dengan maksud menghilangkan atau mengurangi tanggung jawab transferor terhadap kerugian yang ersangkutan.
3.    Menganggap kerugian yang bersangkutan dipihak lain.

Noninsurance Transfer
    Kebanyakan peminahan resiko kepada pihak nonasuransi ini dilakukan melalui kontrak-kontrak bisnis biasa, dan melalui kontrak khusus untuk pemindahan resiko. Banyak isi kontrak ini berkenaan dengan pemindahan tanggung jawab keuangan atas :
1.    Harta
2.    Kerugian atas net income
3.    Kerugian personil
4.    Tanggung-gugat (liabilities) kepada pihak ketiga

MENANGGUNG SENDIRI RESIKO (RISK RETENTION)
    Metode yang paling umum penanganan resiko adalah penanggungan sendiri oleh perusahaann yang bersangkutan. Sumber dananya diusahakan oleh perusahaan yang bersangkutan. Penanggungan sendiri ini biasanya bersifat pasif atau tidak direncanaka (unplanned retention) bisa bersifat aktif ataundirencanakan (planned retention).
    Dikatakan pasif atau tidak terencana, bila manajer resiko tidak memperhatikan tentang adanya exposure dan karena itu tidak melakukan usaha apapun untuk menanganinya. Sedikit sekali perusahaan yang telah mengidentifikasi semua exposure terhadap kerugian harta benda, kerugian tanggung-gugat dan kerugian personil. Sebagai akibatnya, penanggungan resiko yang tidak terencana ini merupakan hal yang umum dijumpai bahkan tak terelakkan. Kadang-kadang juga dijumpai bahwa mereka telah mengidentifikasikan resiko, tetapi menaksirnya terlalu rendah (under estimat) besarnya kerugian tersebut.
    Retention disebut aktif, bila manajer mempertimbangkan metode-metode lain untuk menangani resiko dan kemudian memutuskan secara sadar untuk tidak memindahkan kerugian potensial itu. apakah satu planned retention adalah rasional atau tidak rasional tergantung atas keadaan yang melingkupi pengabilan keputusan untuk menanggung resiko itu sendiri, tetapi ternyata ditanggung oleh perusahaan yang bersangkutan. Sebaliknya ada pula ditemukan bahwa sesuatu resiko seharusnya ditanggung sendiri, ternyata diasuransikan.


Ikhtisar Faktor-faktor yang Mendorong dan Menghambat Retention
    Dibawah ini akan diberikan ikhtisar yang mendorong pemakaian retention dan faktor-faktor yang menghalanginya.
Hal-hal yang Mendorong pemakaian peralatan retention
1.    jika biayanya lebih rendah dari biaya yang dibebankan pihak perusahaan asuransi.
2.    Jika kerugian harapan (expected losses) lebih rendah dari perkiraan perusahaan asuransi
3.    Jika unit menghadapi resiko (exposure unit) banyak, sehingga resiko akan menjadi lebih rendah karena perusahaan itu akansanggup memperkirakan probabilitas kerugiannya dengan akurat
4.    Tujuan manajemen resiko yang menerima variasi yang besar dalam kerugian tahunan
5.    Pembayaran expense dan kerugian membengkak selama jangka waktu yang panjang, yang menghasilkan opportunity cost yang besar
6.    Peluang yang kuat bagi investasi, yang mengakibatkan opportunity cost yang besar
7.    Keuntungan pelayanan internal atau noninsurance servicing

Retention dibuat kurang menarik oleh faktor-faktor sebagai berikut :
1.    Biaya yang lebih besar daripada biaya yang dibebankan pihak asuransi
2.    Kerugian harapan lebih besar daripada kerugian yang diperkirakan perusahaan asuransi
3.    Exposure unit sedikit  jumlahnya, yang berarti bahwa resiko akan tinggi dan perusahaan yang bersangkutan tidak akan sanggup untuk meramalkan kerugiannya dengan ketepatan yang memuaskan
4.    Ketidakmampuan keuangan menopang maksimum possible losses atau maximum probable losses dalam short run
5.    Tujuan manajemen resiko yang ditekankan kepada ‘ketenangan pikiran’ dan pada variasi laba tahunan yang kecil
6.    Pembayaran kerugian dan expense membengkak selama jangka waktu yang pendek jadi mengurangi opportunity costs
7.    Peluang investasi yang terbatas serta pengembaliannya yang rendah
8.    Lebih menguntungkannya jasa perusahaan asuransi
9.    Peraturan perpajakan bisa pula menyebabkan retention menjadi kurang menarik









BAB 7
PEMINDAHAN RESIKO KEPADA
PERUSAHAAN ASURANSI

    Asuransi bukanlah satu-satunya peralatan dasar manajemen resiko. Meskipun begitu ia mmerupakan  sarana yang paling penting daripada teknik transfer resiko dan merupakan dasar dari kebanyakan program manajemen resiko.

Definisi Asuransi
    Asuransi dapat didefinisikan dari dua sudut pandangan. Pertama asuransi sebagai perlindunganterhadap keuangan yang disediakan pihak insurer. Kedua, asuransi alat penggabungan resiko dari dua atau lebih orang-orang atau perusahaan-perusahaan melalui sumbangan aktual atau yang dijanjikan untuk membentuk dana guna membayar klaim. Dari sudut pandangan orang yang diasuransikan asuransi merupakan peralatan retensi resio dan kombinasi resiko.

Asuransi Bukanlah Perjudian
    Pembelian asuransi kadang-kadang dikelirukan dengan perjudian. Keduanya menanggung bersama satu  karakteristik. Baik tertanggung maupun penjudi, keduanya mungkin menerima lebih banyak uang daripada yang mereka bayarkan, hasilnya ditentukan oleh kejadian berpeluang. Akan tetapi melalui pembelian asuransi, tertanggung memindahkan resiko murni yang ada, sedangkan seorang penjudi menciptakan resiko spekulatif,

Perbedaan Antara Asuransi dan Bonding
    Dari sudut obligee, perlindungan disediakan oleh surety bonds adalah mirip asuransi. Selanjutnya, surety yang berbadan hukum dianggap sebagai insurer dalam segi hukum, nsebagian besar perusahaan asuransi kerugian yang besar memiliki bonding departemen tersendiri.

Manfaat dan Biaya Asuransi
    Asuransi seperti kebanyakan lembaga-lembaga lainnya, menyajikan kepada masyarakat, manfaat dan biaya. Pertama akan dibahas manfaat-manfaat tersebut.
Manfaat
Idemnifivication. Manfaat asuransi yang sebenarnya adalah mengganti kerugian bagi mereka yang menderita  kerugian ta diharapka
    Mengurangi ketidakpastian (Reduction of Uncertainty). Manfaat yang lebih berarti tapi kurang nyata dari asuransi muncul dari kenyataan bahwa asuransi itu dapat :
1.    Menghilangkan resiko, ketidakpastian, dan reaksi pribadi terhadap resiko bagi pihak tertangung individual
2.    Mengurangi total resiko, ketidakpastian dan reaksi sebaliknya terhadap resiko ini dalam masyarakat



Perusahaan Asuransi Sebagai Sumber Dana Untuk Investasi
    Perusahaan asuransi ialah satu lembaga keuangan bukan bank dapat mengerahkan dana-dana yang tersedia untuk investasi pada bidang lain diluar asuransi, tidak hanya karena resiko yang kecil tetapi juga karena adanya suatu pemasukan yang konstan, sehingga jumlah uang yang tersedia selalu melebihi cadangan pembayaran klaim.

Bantuan Bagi Perusahaan Kecil
    Asuransi meningkatkan semangat bersaing, sebab tanpa perusahaan asuransi, perusahaan kecila akan menghadapi suatu persaingan yang kurang efektif terhadap perusahaan besar. Perusahaan besar dapat dengan aman mengatasi beberapa resiko, tetapi jika resiko seperti itu menjelma menjadi kerugian akan dapat menghancurkan perusahaan kecil. Tanpa asuransi , perusahaan kecil akan menanggung beberapa resiko dan akan kurang menarik menanamkan tenaga dan modal dalam perusahaan.

Syarat-syarat Ideal Resiko yang Dapat Diasuransikan
    Resiko yang dapat diasuransikan haruslah memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1.    Kerugian potensial cukup besar tetapi probabilitasnya tidak tinggi, sehingga membuat perusahaan asuransi dapat bekerja seekonomis mungkin
2.    Probabilitas kerugian dapat diperhitungkan
3.    Terdapat sejumlah besar unit yang terbuka (expose) terhadap resiko yang sama (massal dan homogen)
4.    Kerugian yang terjadi bersifat kebetulan (fortuitous)
5.    Kerugian tertentu (definite)
6.    Bukan resiko Catastrope (bencana besar yang serentak)

Resiko-resiko yang Tidak dapat Ditanggung Oleh Asuransi
    Contoh-contoh dari resiko yang umumnya dipertimbangkan tidak bisa dijamin oleh asuransi swasta melalui saluran-saluran yang normal adalah yang berhubungan dengan kerugian-kerugian yang disebabkan air bah terhadap real estate (kecuali untuk keadaan tertentu), Bank Insolvencies (tidak mampu membayar), dan pengangguran.

Resiko Yang Bisa Ditanggung hanya Oleh Perusahaan Asuransi Pemerintah
    Perusahaan asuransi pemerintah bisa menanggung resiko-resiko yang tidak bisa ditanggung oleh perusahaan asuransi swasta, karena pemerintah bisa menjadikan asuransi itu wajib. Karena itulah pemerintah dapat mnyebarkan biaya program itu atas exposure yang kualitasnya bervariasi.
    Melalui kekuatan perpajakannya, pemerintah mungkin juga mensubdsidi program-program masyarakat atau swasta, bahkan perusahaan asuransi pemerintah, malahan lebih suka operasi yang lebih stabil yang dimungkinkan apabila penaksiran resiko merupakan aproksimasi resiko ideal yang bisa ditanggung.

Penggunaan asuransi Bersama Metode Penanggungan Resiko yang Lain
    Deductible dan excess insurance merupakan contoh peralatan asuransi yang membuat penggunaan kombinasi ini menjadi mungkin. Deductible memungkiinkan tertanggung untuk memikul semua atau tipe tertentu dari kerugian sampai batas suatu jumlah tertentu, sementara penanggung menanggung semua atau sebagian kerugiab diatas batas jumlah yang telah ditentukan itu. secra normal tertanggung boleh memilih salah satu dari beberapa jumlah deductible.
    Excess Insurance adalah salah satu bentuk dari asuransi yang deductible, dua istilah ini sering digunakan dengan arti yang sama, jika kerugian potensial yang harus diukur itu oleh tertanggung jumlahnya bisa diukur. Tetapi excess Insurance telah mempunyai arti yang lebih khusus. Jumlah minimum yang harus dipikul oleh tertanggung biasanya ditetapkan oleh perundingan antara tertanggung dengan penanggung dan biasanya sama dengan kerugiam maksimum yang mungkin terjadi. Selain dari penempatan jumlah deductible melalui perundingan-[erundingan khusus, insurer tersebut biasanya menawarkan pilihan dari beberapa jumlah deductible yang spesifik. Perbedaan yang lain antara asuransi deductible biasanya memberikan servis pengendalian kerugian dan claim adjusment services terhadap seluruh kerugian. Sementara pada asuransi excess orang yang diasuransikan harus mencari servis itu dari luar pihak atau melakukannya sendiri, maka dari itu asuransi excess kurang populer dari asuransi deductible dan hanya bermanfaat untuk bisnis besar.
























BAB 8
SUATU PENDEKATAN KUALITATIF
DALAM PEMILIHAN METODE PENANGANAN RESIKO



PENDAHULUAN
    Dalam praktek, disebabkan perubahan-perubahan yang cepat dari lingkungan resiko, perlunya untuk bereaksi dengan cepat terhadap masalah yang mendesak, dan keterbatasan-keterbatasan baik yang bersifat kelembagaan maupun yang berhubungan dengan faktor manusia, maka seringkali manajer resiko pada suatu waktu terperangkap mengurusi satu bagian saja dari total program manajemen resikonya.

PENDEKATAN DUA LANGKAH
    Salah satu pendekatan terhadap perencanaan total resiko adalah suatu prosedur dua langkah yang sering pula disebut sebagai metode asuransi.

PENDAFTARAN SEMENTARA
    Dalam langkah pertama, manajer resiko harus menetapkan: pertama, kombinasi penutupan asuransi yang dapat memberikan perlindungan terbaik terhadap resiko yang dihadapi perusahaan yang bersangkutan. Tujuannya adalah untuk mengadaka perlindungan yang paling lengkap dengan biaya yang paling murah.
    Manajer resiko harus memilih limit dari kebijaksanaan yang memberi perlindungan, selengkap mungkin. Umumnya limit kebijaksanaan dalam daftar sementara ini seharusnya sama dengan kerugian maksimum yang mungkin, tetapi kadang-kadang kerugian ini melebihi penutupan maksimum yang tersedia.
    Sesudah manjer resiko menetapkan kombinasi penutupan yang terbaik dan limit kebijaksanaan, maka ia membagi kontrak asuransi kedalam 3 golongan :
1.    Penutupan yang esensial
2.    Penutuoan yang diinginkan
3.    Penutupan yang tersedia

Penutupan yang esensial ialah penutupan yang diwajibkan oleh undang-undang (misalnya kompensasi tenaga kerja, ASTEK), atau yang diwajibkan oleh perjanjian (seperti perjanjian dengan serikat buruh, perjanjian dengan pemberi hipotik, dan sebagaiya).

Membuat Daftar Yang Telah Diperbaiki
    Setelah daftar sementara itu lengkap, manajer resiko lalu meninjau kontrak-kontrak dalam masing-masing golongan untuk menetapjan yang mana di antara kerugian itu yang mungkin bisa ditangani lebih memuaskan dengan cara-cara lain.
    Dalam membuat keputusan-keputusan ini manajer resiko dapat menimbang manfaat dari setiap metode (sarana) yag ada atau dapat menerapkan pendekatan kuantitatif.
    Manajer resiko cenderung pada penutupan yang diinginkan terhadap jenis analisis yang sama. Kasus bagi metode non insurance lebih kuat dengan penghargaan pada penutupan-penutupan ini, sebab akibat daripada tidak mengasuransikan tidak akan parah.
    Selagi asuransi merupakan yang diinginkan dan jika metode lain penanganan resiko tidak menarik, maka asuransi sebaliknya dibeli. Sebagai yang berkenaan dengan penutupan yang esensial maka manajer resiko akan memutuskan untuk membeli asuransi dengan ketentuan dapat dirabat (deductible provision).
    Pembelian suatu asuransi, sebagian ada yang disebabkan oleh service tertentu yang ditawarkan oleh pihak perusahaan asuransi, di mana service tersebut dipandang oleh manajer resiko yang bersangkutan bernilai tinggi.
    Kontrak-kontrak asuransi yang esensial dan diinginlkan yang belum dihapuskan dalam pendaftaran kedua ini seharusnya dibeli jikalau kebutuhan dari dana premi tidak lebih penting. Asuransi apakah yang akan merupakan isi kedua kelas ini, tergantung atas beberapa faktor pebdukung seperti berikut ini :
1.    Status ekonomi dari perusahaan yang bersangkutan
2.    Obyektif manajemen resiko perusahaan yang bersangkutan
3.    Sifat daripada exposure
4.    Sikap penolakannya terhadap resiko
5.    Ketetapan pengukuran kerugian potensial
Selanjutnya manajer resiko mestinya mempertimbangkan tentang apa yang harus dilakukan terhadap resiko-resiko yang tidak tertulis dalam daftar yang pertama, disebabkan oleh tidak tersedianya jasa asuransi terhadap kerugian semacam itu. contoh daftar itu yang sudah dipersingkat diberikan di bawah ini :
A.    Penghindaran (tidak mungkin)
B.    Pencegahan dan pengurangan kerugian
1.    Inspeksi keselamatan harta benda
2.    Pemeriksaan kesehatan secara berkala bagi pegawai-pegawai yang penting
C.    Penanggungan sendiri
1.    Kerugian-kerugian sampai Rp. 1.000.000,- bagi jenis mana saja
2.    Kerugian yang bersifat tanggung gugat yang melebihi batas yang ditentukan, diperoleh dari asuransi.
D.    Pemindahan resiko yang bukan kepada asuransi
1.    Persetujuan leasing bagi peralatan dan gedung
E.    Asuransi (dengan Rp. 1.000.000,- yang bersifat deductible sepanjang jasa itu tersedia)
1.    Prioritas pertama (esensial)
a)    Asuransi kompensasi peerja
b)    Asuransi tanggung gugat bagi pekerja
c)    Asuransi harta milik atas gedung
2.    Prioritas kedua (bersifat diinginkan)
a)    Asuransi kerusakan kendaraan bermotor
b)    Asuransi ketidakmampuan bagi personal penting


3.    Prioritas ketiga (bila tersedia)
a)    Asuransi kaca jendela dan dinding kaca
b)    Asuransi leasing

Walaupun metode asuransi yang telah dijelaskan di atas ditujukan pada pendekatan perencanaan total resiko, tetapi juga bisa dimanfaatkan untuk program manajemen resiko yang berkenaan dengan sesuatu resiko saja. Misalnya jika seseorang manajer resiko ingin membeli asuransi, maka berfaedah mengelompokkan asuransi itu atas esensial, diinginkan dan tersedia.
























BAB  9
PENDEKATAN KUANTITATIF DALAM PROSES PEMILIHAN
METODE PENANGANAN RISIKO


    Pemilihan metode yang akan dipakai untuk menangani risiko berdasarkan pendekatan ini dimulai dengan membuat sebuah tabel matrik “kerugian yang mungkin” yang memperlihatkan berbagai kemungkkinan atau biaya yang harus dikeluarkan bagi setiap keputusan yang mungkin, dan bagi setiap outcome yang mungkin.
    Penerapan pendekatan ini agak terbatas, disebabkan oleh beberapa hambatan sebagai berikut :
1.    Data yang diperlukan tidak ada atau tidak mencukupi.
2.    Kemungkinan kurangnya pengalaman penggunaan cara ini.
Walaupun adanya keterbatasan tersebut di atas, pendekatan ini sangat bermanfaat dalam menetapkan sesuatu keputusan manajemen yang penting.

MATRIK KERUGIAN
    Untuk menggambarkan konsep matrik kerugian anggaplah bahwa sebuah gedung yang memiliki oleh suatu perusahaan dihadapkan pada suatu kerugian karena kebakaran dan yang akan terjadi adalah kerugian total atau sama sekali tidak ada kerugian. Selanjutnya anggaplah bahwa manajer risiko harus memutuskan antara tiga (3) perangkat tindakan yaitu :
1.    Untuk menanggung (retain) risiko.
2.    Untuk menanggung (retain) risiko serta menambah beberapa usaha pengamanan sehingga mengurangi kans suatu kebakaran.
3.    Untuk membeli perlindungan asuransi.
Matrik kerugian di bawah ini  memperlihatkan kerugian bagi setiap keputusan dari ketiga kemungkinan tindakan dalam contoh ini, sebalum mempertimbangkan pengaruh pajak pendapatan. Kerugian-kerugian itu jatuh ke dalam dua kategori :
1.    Kerugian secara kebetulan yang akan terjadi hanya jika ada sesuatu kebakaran.
2.    Biaya yang akan timbul baik ada kebakaran maupun tidak ada kebakaran.
Kerugian secara kebetulan (accidental losses) ini dapat dibagi lagi kedalam :
1.    Yang dapat diasuransikan.
2.    Yang tidak dapat diasuransikan.


Tabel 9.1
MATRIK KERUGIAN SEBELUM PAJAK
Keputusan    Outcome
    Kebakaran    Tidak ada kebakaran
1







2








3






    Menanggung risiko






Menanggung risiko dan menambah peralatan pengamanan




Membeli asuransi    Kerugian yang dapat diasuransikan
Kerugian yang tidak dapat diasuransikan.


Kerugian yang diasuransikan.
Kerugian yang tidak dapat diasuransikan.
Biaya peralatan pengamanan.


Premi asuransi pertahun    Rp. 200.000.000,-


Rp.   12.000.000,-




Rp. 200.000.000,-

Rp.   12.000.000.-


Rp.     6.000.000.-
Rp, 218.000.000,-


Rp. 10.000.000,-    _


_




_

_


Biaya peralatan pengamanan

Premi asuransi    Rp. 0,-












Rp.6.000.000,-
Rp.6.000.000,-


Rp.10.000.000,-


PENGARUH PAJAK TERHADAP KEPUTUSAN
    Sampai pada titik ini. Uraian-uraian mengakibatkan pengaruh pajak. Pada contoh berikutnya kita misalkan tarif pajak rata-rata 50%. Dengan demikian kerugian sebesar Rp. 200.000.000,- sesudah pajak akan menjadi 50% X Rp. 200.000.000,- = Rp. 100.000.000,-, biaya kredit akan menjadi 50% X Rp. 12.000.000,- = Rp 6.000.000,-. Maka total kerugian sesudah pajak adalah Rp. 106.000.000,-
Tabel di bawah ini memperlihatkan baiaya dan kerugian yang diperhitungkan sesudah pajak.


PENGARUH KECEMASAN DALAM MENETAPKAN KEPUTUSAN
    Kecemasan tentang kemungkinan terjadinya kerugian, dalam uraian di atas, belum diperhitungkan sebagai baiaya. Nilai kecemasan tentu saja itu merupakan faktor yang sangat subyektif. Nilai itu tergantung atas distribusi probabilitas dari pada :
-    Ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi menurut perasaan pribadi manajer risiko yang bersangkutan.
-    Risiko-risiko lain yang dihadapi perusahaan yang bersangkutan.
-    Tujuan manajemen risiko perusahaan yang bersangkutan.
Tujuan manajemen risiko akan mempengaruhi faktor kecemasan tersebut sebab :
1.    Tujuan manajemen risiko menentukan seberapa besar pentingnya kecamasan itu seharusnya ditempatkan pada kerugian potensial.
2.    Tujuan manajemen risiko mencerminkan sikap perusahaan yang bersangkutan terhadap risiko.

Tabel 9.2
MATRIK KERUGIAN SESUDAH PAJAK

Keputusan    Outcome
    Kebakaran
1





2






3    Memikul risiko





Memikul risiko dengan menambah usaha pengamanan.




Membeli asuransi    Kerugian yang dapat diasuransikan
Kerugian kebetulan yang tidak dapat diasuransikan.

Kerugian yang diasuransikan.
Kerugian yang tidak dapat diasuransikan.
Biaya usaha pengamanan.

Premi asuransi    Rp. 100.000.000,-

Rp.      6.000.000,-
Rp. 106.000.000,-


Rp. 100.000.000,-

Rp.     6.000.000,-

Rp.     3.000.000,-
Rp. 109.000.000,-

Rp.     5.000.000,-    _

_
_


_



Rp. 3.000.000,-
Rp. 3.000.000,-

Rp. 5.000.000,-

Misalnya suatu kerugian potensial yang akan menyababkan turunnya laba tiap saham 20% adalah penting jika batas turunnya laba tiap saham yang masih bisa di tolerir adalah 10%, tetapi tidak akan mencemaskan, jika tujuan perusahaan adalah mempertahankan keberadaannya. Begitu pula bila tujuan adalah kestabilan laba dengan target fluktuasi turunnya laba harus kurang dari 30%, maka kemungkinan akan turunnya laba 20% tidaklah merisaukan.

OBYEKTIF DAN ATURAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
    Adalah tidak mungkin untuk mempertimbangkan masing-masing “obyektif yang mungkin” yang akan dicapai manajer risiko dalam kasus ini, meskipun demikian beberapa obyektif yang umum kiranya sudah mencukupi untuk dibahas. Obyektif itu akan dibagi ke dalam kategori utama :
1.    Obyektif yang menganggap manajer risiko tidak dapat memperkirakan probabilitas kerugian kebakaran.
2.    Obyektif yang menganggap manajer risiko dapat memperkirakan probabilitas kerugian tersebut.





Tabel 9.3
MATRIK KERUGIAN SESUDAH PAJAK
Keputusan    Outcome
    Kebakaran
1






2







3    Menanggung risiko






Menanggung risiko usaha baru pengamanan.





Membeli asuransi.    Kerugian yang dapat diasuransikan.
Kerugian kebetulan yang tidak dapat diasuransikan.
Kecemasan.


Kerugian yang tak dapat diasuransikan.
Kerugian kebetulan yang tak dapat diasuransikan.
Kecemasan
Biaya ekstra pengamanan.


Premi asuransi     Rp. 100.000.000,-

Rp.     6.000.000,-

Rp.      4.000.000,-
Rp. 110.000.000,-

Rp. 100.000.000,-


Rp.     6.000.000,-
Rp.     3.000.000,-
Rp.     3.000.000,-
Rp. 112.000.000,-

Rp.     5.000.000,-    _

_

Rp. 4.000.000,-
Rp. 4.000.000,-

_



Rp. 3.000.000,-
Rp. 3.000.000,-
Rp. 6.000.000,-

Rp. 5.000.000,-






















BAB 10
METODE KECEMASAN UNTUK
MENSELEKSI TEKNIK PENANGANAN RISIKO



PENDAHULUAN
    Banyak variasi cara di mana seseorang manajer risiko dapat memilih teknik-teknik manajemen risiko untuk dgunakan dalam suatu keadaan tertentu. Dua buah contoh penting yang sangat disederhanakan telah digunakan untuk menggambarkan aplikasi dari “metode kecemasan”.

PENINJAUAN METODE KECEMASAN
    Dengan metode kecemasan, manajer risiko memilih keputusan yang dalam waktu lama (long run) akan menghasilkan kerugian rata-rata pertahun yang paling rendah. Termasuk di dalam kerugian tersebut adalah suatu nilai yang dibebankan untuk menanggung kecemasan sebab dengan fluktuasi kerugian lebih dari tahun ke tahun.
    Nilai ini sangat subyektif sekali, tetapi bila kerugian-kerugian diharapkan akan menjadi tinggi dalam suatu tahun tetentu, bisa menyebabkan mesalah-masalah keuangan yang besar bagi perusahaan tersebut. Penerapan berikut ini diatur untuk member keterangan lebih lanjut atas metode ini.

K A S U S
    Seorang manajer resiko dari sebuah perusahaan menengah harus menentukan bagaimana menangani kerugian-kerugian harta benda yang potensial dari yang mungkin diderita perusahaan tersebut karena memiliki bangunan dengan segala isinya dalam suatu lokasi pinggiran kota. Kerugian-kerugian personil dan tanggung jawab sehubungan dengan kerugian-kerugian harta benda itu dapat diabaikan.
    Neraca perusahaan itu menunjukkan asset Rp 500.000.000,- utang Rp 300.000.000,- capital dan retained earning sebesar Rp 200.000.000,-. Berdasarkan laporan operasi perusahaan tahun laiu penjualannya adalah Rp 400.000.000,- pengeluaran Rp 350.000.000,- dan pendapatan sebelum pajak Rp 50.000.000,-
    Distribusi probabilitas dari kerugian selama tahun mendatang berbeda-beda tergantung apakah sebuah sprinker otomatis digunakan atau tidak.









BAB 11
EKSPOSURE KERUGIAN TERHADAP PENDAPATAN



PENDAHULUAN
    Kerugian harta yang sifatnya langsung dan tidak langsung, yang dibicarakan di sini pada dasarnya tidaklah hanya kerugian-kerugian yang terjadi ketika hak milik tersebut rusak, hancur, atau hilang saja. Perusahaan mungkin mengalami menurunnya pendapatan jika harta yang rusak itu mengganggu produksi dan kegiatan lain, seluruhnya maupun sebagai akibatnya antara lain :
1.    Menurunnya pendapatan atau
2.    Meningkatnya biaya-biaya

Beberapa kejadian utama yang menurunkan  pendapatan sabagai akibat dari kerugian kebetulan yang terjadi terhadap hak milik termasuk :
1.    Kerugian sewa
2.    Tergantungnya kegiatan perusahan
3.    Tergantungnya  operasi perusahaan pemasok atau pemakai
4.    Berkurangnya laba pada barang jadi
5.    Pengumpulan piutang mengecil

KERUGIAN SEWA
    Seandainya bangunan secara tidak sengaja rusak atau hancur, dan apabila perjanjian menyebutkan bahwa penyewa tidak bertanggung jawab untuk membayar sewa selama periode hak milik tersebut tidak dapat dipergunakan, maka si pemilik menderita rugi sewa, dikurangi beberapa biaya selama masa untuk memperbaiki gedung itu sampai seperti semula.

TERGANGGUNYA KEGIATAN PERUSAHAAN
    Karena harta dirusak atau dirubuhkan, perusahaan atau organisasi lain mungkin akan menutup atau mengurangi kegiatan. Sebagai contoh, sebuah toko mungkin akan menutup pintunya atau sebagian unit toko disebabkan hartanya diperbaiki. Toko tersebut jika dirusak atau diperbaiki, tidak saja penutupan unit tersebut, tetapi juga termasuk peralatannya dan barang-barang untuk dijual. Pabrik mungkin akan berhenti atau mengurangi hasil produksi, karena adanya pengurangan faktor produksi seperti peralatan pabrik, mesin, investaris bahan baku atau barang dalam proses. Kerugian karena terganggunya perusahaan seperti itu meliputi :
1.    Laba bersih perusahaan yang akan diperoleh jika perusahaan tidak terganggu.
2.    Pengeluaran (biaya) yang tetap yang harus dibayar, seperti gaji pegawai, penyusutan, premi asuransi dan sebagainya.




Kerugian Netto atas laba akan tergantung atas :
a.    Keadaan perekonomian
b.    Keadaan umum perusahaan – perusahaan dalam kelompok industry itu
c.    Keadaan perusahaan itu sendiri.

Karena itu, trend, cyclical, dan faktor musim dipertimbangkan dalam memperkirakan kerugian itu. Pembuatan daftar laba performa selama berbagai periode penutupan itu, sangat menolong dalam memperkirakan kerugian-kerugian itu.

TERGANGGUNYA KESATUAN PERUSAHAAN
    Beberapa perusahan hanya tergantung pada satu pemasok untuk menyediakan tenaga, bahasa atau peralatan. Gangguan pada operasi perusahaan pemasok tunggal, akan menyebabkan terganggunya pula kegiatan produksi dn penjualan perusahaan. Demikian pula perusahaan yang hanya menjual kepada pemakai tunggal, jika pemakai itu terganggu kegiatannya maka konsekuensinya adalah pembelian perusahaan itu akan berkurang pula maka perusahaan tentu akan menderita kerugian. Kerugian seperti ini disebut “CONTINGENT BUSINESS INTERUPTION LOSS”.

KERUGIAN ATAS PENDAPATAN YANG BERKENAN DENGAN BARANG JADI
     Seperti yang diuraikan diatas, kegiatan perusahaa pabrik dianggap terganggu jika proses produksi, dan penjualan terganggu. Karenanya jika barang jadi rusak atau terpaksa dimusnahkan maka pengusaha pabrik akan mengalami kerugian terhadap pendapatannya, karena tidak bisa diualnya barang jadi itu sebagaimana mestinya. Karena itu pengusaha pabrik perlu pula mempertimbangkan  di antara eksposure laba netto kemungkinan kehilangan sebagian laba sebagai kerusakan barang jadi.
    Kehilangan laba pedagang, yang disebabkan rusaknya atau diambilnya barang mereka yang akan dijual sudah termasuk dalam kerugian akibat gangguan perusahaan. Masalahnya karena barang dagangan itu dapat diputarkan berkali-kali selama periode yang bersangkutan, maka laba bersih yang hilang mungkin melebihi kerugian rusaknya persediaan barang tersebut. Tetapi kadang-kadang kerugian potensial diukur lebih baik dengan kerugian atas laba yang berkenaan dengan persediaan  yang siap dijual. Misalnya, barang tersebut mungkin tidak bisa digantikan. Kadang-kadang walaupun barang itu bisa diganti, tetapi musim penjualan akan berlalu sebelum barang itu bisa diganti. Akhirnya bila barang itu sudah terjual tetapi belum diserahkan, maka kerugian adalahharga jual termasuk laba.

MENINGKATNYA BIAYA
    Biaya bisa meningkat karena kebetulan kerugian terjadi pada bermacam-macam hal yang termasuk :
1.    Kerugian nilai sewa
2.    Pengeluaran ekstra agar perusahaan tetap beroperasi
3.    Pembatalan leasing
4.    Kerugian penggunaan oleh penyewa yang terpaksa harus dipindahkan selama masa perbaikan


PERBAIKAN YANG TAK DAPAT DIPINDAHKAN DAN DIPERBAIKI
    Kadang-kadang penyewa melakukan perbaikan untuk bangunan yang disewanya, bahan yang terpakai tidak dapat dipindahkan ketika penyewa mwninggalkan bangunan. Suatu perusahaan melakukan perbaikan itu disebabkan tambahan nila guna selama gedung itu dipakainya. Berapakah kerugian yang diderita penyewa jika perbaikan yang tak dapat dipindahkan ini ikut rusak atau hancur?
    Jika lease menghendaki lessor yang harus melakukan perbaikan itu, penyewa hanya mengalami kerugian kegunaan perbaikab itu sementara reparasi dilaksanakan. Kerugian ini menjadi bagian dari kerugian yang diakibatkan gangguan (The Broader Bussines Interruption Loss).
    Jika penyewa diberi tanggung jawab untuk memperbaiki kerusakan yang terjadi pada bangunan, termasuk perbaikan, biaya memperbaiki kembali kerusakan untuk perbaikan-perbaikan menjadi tanggung jawab yang besar.
    Berapa kerugian perusahaan jika Lease tidak menyebutkan secara khusus mengenai perbaikan untuk peningkatan nilai guna. Jiia penyewa bernaksud untuk mengganti perbaikan itu, perusahaan ini harus menganal kerugian potensialhak milik sama dengan biaya penggantian perbaikan itu selama masa reparasi tanpa pengurangan depresiasi. Kerugian penggunaan selama perbaikan akan menjadi bagian kerugian akibat gangguan perusahaan. Jika penyewa tidak mengembalikan perbaikan itu maka kerugian dapat dihitung sebagai jika biaya perbaikan semula merupakan suatu bonus yang dibayar pada waktu perbaikan. Dalam praktek biasa digunakan pendekatan rata-rata yang lebih sederhana. Contoh diperagakan perbaikan bahwasanya biaya perbaikan Rp 15.000,- dilakukan pada awal 10 tahun lease dan dimusnahkan pada akhir tahun keenam. Diasumsikan bahwa 40% dari Rp 15.000,- atau Rp 6.000,- telah hilang. Pendekatan pro-rata ini mengabaikan kenyataan bahwa nilai perbaikan mungkin tidak menurun secara seragam selama periode lease, nilai waktudari uang, dan pengaruh inflasi.
    Jika lease dihapuskan, karena kejadian kebetulan kerugian, seperti diterangkan dalam pembicaraan bunga lease yang dipunyai, metode pro-rata digambarkan dalam paragraf terdahulu dapat digunakan untuk menghitung kerugian. Tidak ada perbedaannya dalam kasus ini apakah perbaikan yang sesungguhnya dirasakan oleh suatu kecelakaan.

SUMBER DANA DARI LUAR NEGERI

Bagi negara-negara yang belum atau tida mampu menghimpun tabungan domestic yang memadai guna mendorong pertumbuhan ekonominya,maka negara tersebut dapat pula mencari sumber pembiayaan dari luar negeri ( negara-negara lain ).
Bab ini mencoba untuk menjelaskan peranan tabungan luar negeri dalam pembangunan dan mengungkap beberapa kontroversi dan implikasi yang ditimbulkannya.

    Namun, sebelum kita melakukan pembahasan yang lebih mendalam, ada baiknya jika kita mengetahui terlebih dahulu tentang beberapa konsep penting yang akan di bahas dalam bab ini.
Bantuan asing ( luar negeri ) yang dimaksudkan di sini adalah meliputi bantuan yang bersumber dari pemerintah maupun swasta dari negara lain.

Jenis bantuan ini dapat di bagi lagi menjadi dua jenis, yaitu : (1) bantuan bilateral, sebuah bantuan yang di berikan langsung oleh sebuah negara kepada negara lainnya, dan (2) bantuan multilateral, sebuah bantuan yang dananya mengalir ke sebuah badan badan internasional, seperti PBB,Bank Dunia, dan Bank pembangunan regional ( misalnya, The Asian Development Bank untu negara-negara di kawasan Asia ), yang selanjutnya badan-badan internasional tersebut meminjamkan atau menyalurkan dana yang tersedia ke NSB.


BANTUAN LUAR NEGERI
Bantuan asing yang ada sekarang ini merupakan kelanjutan dari era sesudah Perang Dunia II. Bantuan tersebut berawal dari adanya Rencana Marshall (  Marshall Plan ), di mana pada waktu AS menyaluan dananya sebesar US $ 17 miliar ( sekitar 1,5 persen dari GNP AS per tahunnya ) selama kurang lebih empat tahun guna membantu pembangunan kembali Eropa sesudah Perang Dunia ke II. 

LEMBAGA-LEMBAGA BANTUAN INTERNASIONAL
The Asian Development Bank (ADB)
The Asian Development Bank ( ADB ) berdiri pada tahun 1996, dan bertugas untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, serta bekerja sama dengan semua pihak yang berkepentingan di kawasan Asia.
ADB merupakan lembaga pengembangan keuangan internasional yang melaksanakan penyaluran dana, menyokong investasi, dan memberikan kerja sama teknis ( technical assistance ) kepada NSB yang menjadi anggotanya.

Latar Belakang Berdirinya ADB

Pada pertengahan tahun 1960-an, negara- negara di kawasan Asia sangat membutuhkan bantuan ekonomi untuk membiayai pertumbuhan dan pembangunannya. Kemudian dari berbagai penjuru dunia datanglah bantuan untuk negara-negara Asia baik berupa dukungan politik maupun bantuan ekonomi.
Pada awalnya, bantuan ini diharapkan datang dari negara-negara Barat, namun terdorong oleh adanya rasa nasionalisme yang begitu menggebu ( terutama setelah usainya Perang Dunia II ) mendorong timbulnya rasa solidaritas dan kerjasama di antara negara-negara di kawasan Asia, dengan berusaha memperoleh batuan politik maupun ekonomi dari kalangan negara-negara di kawasan Asia sendiri.
Kesemuanya ini tercermin dalam pembentukan berbagai organisasi Asia, seperti Economic Commission for Asia and the Far East ( ECAFE ) yang anggotanya terdiri dari negara-negara di kawasan Asia yang telah menjadi anggota PBB pada masa itu, SEATO dan lain sebagainya.



Bank Dunia ( The World Bank )
Pada awal Perang Dunia II ( PD II , para ahli keuangan dari gabungan beberapa negra memandang bahwa setelah PD II akan membawa pengaruh akan adanya kebutuhan atas peraturan-peraturan mengenai kerjasama internasional untuk memecahkan masalah dalam hal moneter dan permasalahan-permasalahan keuangan lainnya.
    Dengan adanya beberapa pertemuan yang diselenggarakan oleh gabungan beberapa negara, pada bulan Juli 1944, 44 buah negara mendirikan  United Nations Moonetary and Financial Conference di Bretton Woods, New Hampshire, USA. Pada konferensi ini di canangkan beberapa Anggaran Dasar, yaitu dengan terbentunya dua lembaga keuangan internasional yaitu :
1.    IMF ( International Monetary Fund )
2.    IBRD ( International Bank for Reconstruction and Development ) kemudian lebih dikenal dengan nama World Bank

IBRD ( International Bank for Reconstruction and Development ) atau lebih dikenal sebagai Bank Dunia merupakan sebuah lembaga keuangan internasional yang pertama.

Fungsi Utama Bank Dunia

    Pada dasarnya, Bank Dunia memiliki dua keanggotaan, yaitu :
1.    IFC  ( International Finance Corporation ) yang memulai kegiatannya pada tahun 1956. Kegiatannya ditujukan untuk pengembangan sector swasta di NSB.
2.    IDA  ( International Development Association ) yang memulai kegiatannya pada tahun 1960. Kegiatannya ditunjukan untuk sektor yang sama dan sesuai dengan kebijakan Bank Dunia.
  
    Secara bersama-sama, Bank Dunia, IFC, dan IDA diarahkan sebagai Grup Bank Dunia. IDA dan Bank Dunia mempunyai staf dan manajemen yang sama, namun staf IFC terpisah. Ketiganya memiliki presidan dan dewan direktur eksekutif yang sama, yang meninjau dan menyetujui kebijakan pinjaman serta investasi mereka. IDA dan IFC memiliki Anggaran Dasar yang terpisah, yang sedikit berbeda dari Piagam Bank Dunia.

DAMPAK BANTUAN LUAR NEGERI TERHADAP PEMBANGUNAN

Dengan mengguanakan pendekatan Harrod-Domar, mungkin akan lebih mudah bagi kita untuk menjelaskan peranan bantuan dan tabungan luar negeri dalam pembangunan. Menurut Horrad-Domar, peranan tabungan luar negeri adalah untuk menumbuh kembangkan tabungam domestic sehingga dapat meningkatkan investasi pada akhirnya akan mempercepat laju pertumbuhan ekonomi. Atau dengan kata lain, tabungan luar negeri biasanya digunakan untuk menutupi kesenjangan tabungan-investasi (saving-investment gap) yang terjadi di tingkat domestic.

MANFAAT INVESTASI ASING

Adanya serangkaian peraturan perundang-undangan negara tuan rumah (host country) berkenaan dengan investasi asing menunjukan bahwa NSB tentang cukup untuk aktif untuk mencari investor asing dan mengharapkan berbagai manfaat yang nyata dari investasi asing tersebut. Biasanya tujuan yang paling umum dikemukakan adalah untuk menciptakan lapangan kerja, proses alih teknologi dan keterampilan yang bermanfaat dan berbagai sumber tabungan atau devisa.


Perluasan Kesempatan Kerja

Bukti empiris di beberapa negara menunjukkan bahwa manfaat perluasan kesempatan kerja yang dihasilkan oleh adanya investasi asing karena suatu hal menjadi nampak kurang begitu nyata.

Alih teknologi
Manfaat pokok keduan yang diharapkan dari adanya investasi asing adalah proses alih teknologi, ketrampilan, dan know-how. Oleh karena banyak riset lapangan dan kegiatan-kegiatan pembangunan dilakukan oleh perusahaan-perusahaan di Amerika Utara, Eropa, da Jepang, maka perusahaan-perusahaan tersebut sangat potensial sebagai sumber yang kaya akan informasi yang bernilai tentang teknologi, proses-proses, metode pemasaran dan pendekatan-pendekatan manajerial yang baru.

Manfaat Perolehan Devisa

Manfaat ketiga yang diterima oleh NSB dari investasi asing adalah memperoleh tabungan dan mendapatkan cadangan devisa. Dampak investasi-investasi TNC ini terhadap neraca pembayaran NSB telah menjadi sebuah kontroversi. Sebuah studi yang diterbitkan pada tahun 1973 dan meliputi ebih dari 100 TNC di seluruh dunia, menyimpulkan bahwa pada akhir tahun 1960-an pengaruh positif neto pada neraca pembayaran TNC tidak dapat diabaikan. Menurut studi tersebut, pada hampir setengah dari TNC yang diteliti diperolh temuan bahwa TNC-TNC tersebut lebih banyak mengekspor devisa ( melalui impor dan repatriasi laba ) dibandingkan devisa yang mereka peroleh. Jika keadaannya seperti demikian, mka nampaknya repatriasi laba merupakan salah satu penyebab hilangnya devisa “seharusnya” diperoleh negara tuan rumah.

KEBIJAKAN-KEBIJAKAN NSB TERHADAP INVESTASI ASING

Pemerintah NSB biasanya menggunakan berbagai kebijakan yang bersifat restriktif dan insentif bagi perusahaan-perusahaan asing. Kebijakan yang bersifat restriktif tersebut antara lain : (1) prasyarat kinerja, (2) hukum “kejenuhan” (saturation), dan (3) pengendalian repatrisi laba. Sedang kebijakan yang berupa rangsangan adalah insentif pajak.

PINJAMAN KOMERSIAL
Belakangan ini sumber dana dari luar negeri yang sangat cepat perkembangannya adalah injaman swasta yang berasal dari tiga sumber, yaitu (1) bond lending, (2) pinjaman komersial, dan (3) kredit ekspor. Bond Lending  ini merupakan salah satu bentuk dari investasi portofolio. Bentuk lainnya adalah pembelian saham perusahaan-perusahaan NHB oleh pihak asing.
    Bentuk kedua dan relati paling baru adalah pinjaman komersial dari bank-bank di luar negeri, baik dari pasar Eurocurrency maupun pinjaman biasa dari bank-bank di luar negeri dengan menggunaan dana mereka sendiri.  Jumlah pinjaman seperti itu pada akhir tahun 1984 sebesar 2,5 miliar dolar AS, dan sebesar 2 miliar dolar AS berasal dari Eurocurrency.
    Kredit Eurocurrency ini biasanya dilakukan oleh suatu sindikat bank, bukan oleh sebuah bank secara individual. Pinjaman jenis ini biasanya untuk jangka watu yang jauh lebih pendek dari pada bond issues dan tingkat bunga yang sama jika bank-bank tersebut meminjamkannya pada bank lainnya.
Biasanya tingkat suku bunga yang ditetapkan berdasarkan suku bunga pada LIBOR ( the London interbank borrowing rate ) yang nilainya berfluktuasi dari waktu ke waktu.


SUMBER PINJAMAN LUAR NEGERI BAGI PEMBANGUNAN DI INDONESIA

The Inter-Governmental Group on Indonesia (IGGI)
Sejak tahun 1966, pemerintah Orde Baru mulai mengambil langkah kebijakan stabilisasi, reorganisasi, dan rehabilitasi terhadap system perekonomian sebagai basis yang penting untuk pertumbuhan ekonomi. Dalam bidang keuangan internasional, pemerintah Orde Baru berusaha memperbaikinya dengan cara mencari penyelesaian pinjaman Orde Lama dan menari investasi asing serta meminta bantuan keuangan dan bantuan teknik. Sejak awal tahun 1967, pertemuan-pertemuan untuk membantu Indonesia dikoordinasikan dalam satu wadah kerjasama yang disebut The Inter-Governmental Group on Indonesia (IGGI). Dalam perkembangannya, IGGI tumbuh sebagai suatu mekanisme koordinasi negara-negara donor yang bersifat internasional yang merupaka kelompok pertemuan konsulatif.
    IGGI adalah forum tempat pertemuan berkala antara Indonesia dengan negara-negara donor dan lembaga-lembaga keuangan internasional yang dibentuk tidak berdasarkan perjanjian.

Consultative Group on Indonesia ( CGI )
Latar belakang pembentukan CGI berawal pada adanya insiden Dilli (Timor Timur) pada bulan November tahun 1991. Adanya sikap beberpa negara yang ingin mengaitkan pemberian pinjaman atau bantuan dengan insiden Dilli tersebut jelas-jelas bertentangan dengan garis politik pemerintah RI sesuai dengan TAP MPR No.IV/MPR/1978 tentang GBHN, Bab IV, Bagian D, Arah dan Kebijakan Pembangunan, Ayat 12.

1.    Pinjaman Bilateral
Pinjaman bilateral adalah setiap penerimaan negara baik dalam bentuk devisa maupun dalam bentuk barang atau jasa yang diperoleh dari pemberi Pinjaman Luar Negeri yang berasal dari pemerintah suatu negara melaui suatu lembaga atau badan keuangan yang dibentuk oleh pemerintah negara yang bersangkutan untuk melaksanakan pemberian pinjaman yang harus dibayar kembali dengan persyaratan tertentu.
2.  Pinjaman Multilateral
Pinjaman multilateral adalah setiap penerimaan negara, baik dalam bentuk devisa maupun dalam bentuk barang atau jasa yang diperoleh dari pemberian pinjaman luar negeri yang berasal dari lembaga keuangan internasional maupun regional dan biasanya Indonesia merupakan anggota dari lembaga keuangan tersebut.

Pinjaman di Luar IGGI/CGI
     Golongan negara-negara ini tidak ikut serta dalam perundingan di Tokyo maupun di Paris dalam rangka penyelesaian utang-utang Indonesia, maupun dalam sidang-sidang IGGI maupun CGI.
Alasan klasik yang di kemukakan golongan negara-negara tersebut adalah, justru utang-utang tersebut timbul karena politik imperialis atau colonial negara barat, dan mereka tidak ikut bertangggung jawab.
    Sehubung dengan alas an klasik yang di kemukakan tersebut, utang atau bantuan mereka akan diselesaikan melaui perundingan bilateral dan tidak berdasarkan pola paris dan Amsterdam.

SEKILAS TENTENG UTANG LUAR NEGERI INDONESIA
Sejatinya, utang luar negeri pemerintah merupakan salah satu sumber pembiayaan anggaran pemerintah dan pembangunan ekonomi secara umum di gunakan selain penerimaan dalam negeri pemerintah. Pemenfaatan tang luar negeri pemerintah untuk membiayai belanja negara sedemikian rupa sehingga dapat mendukung kegiatan ekonomi, terutama kegiatan yang produktif sehingga pada gilirannya akan mendorong pertumbuhan ekonomi. Dalam hal pembiayaan anggaran pemerintah, utang luar negeri pemerintah berperan untuk membiayai deficit anggaran yang tercipta dari selisih antara penerimaan domestic dan belanja pemerintah. Belanja pemerintah ini kemudian akan mendorong pertumbuhan ekonomi melalui belanja-belanja pembangunan yang sifat produktif.
    Sejarah telahmembuktikan bahwa kegagalan dalam pengelolaan portofolio utang dapat memicu terjadinya krisis ekonomi yang mendalam. Jika tidak hati-hati, perkembangan utang luar negeri Indonesia dapat membaha perekonomian pada jebakan ketergantungan atas utang luar negeri
(debt trab)  (Arsyad, 1991a; Arsyad 1991b)
    Utang luar negeri pemerintah seyogyanyaberperan dalam pembiayaan deficit anggran dan pembangunan ekonomi secara umum . Namun di Indonesia, perkembangan utang luar negeri yang sedemikian pesat telah menciptakan masalah tersendiri bagi anggaran pemerintah dan perekonomian secara umumnya.